Data Ritel AS Angkat Harga Emas

Departemen Perdagangan AS melaporkan penjualan ritel AS berjalan stagnan pada April.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 14 Mei 2015, 08:41 WIB
Diterbitkan 14 Mei 2015, 08:41 WIB
Ilustrasi Emas
Ilustrasi Emas (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas berada di level tertinggi dalam lebih dari lima pekan terakhir. Kenaikan cukup tinggi itu dipicu melemahnya data penjualan ritel Amerika Serikat yang membantu menekan dolar AS dan meningkatkan ekspektasi The Fed akan menahan rencana kenaikan suku bunganya.

Melansir laman Market Watch, Kamis (14/5/2015), harga emas di divisi Comex melonjak hingga US$ 25,8 atau 2,2 persen ke level US$ 1.281,2 per ounce. Itu merupakan penutupan harga tertinggi sejak perdagangan 6 April, berdasarkan penghitungan kontrak paling aktif.

Departemen Perdagangan AS melaporkan, penjualan ritel AS berjalan stagnan pada April.  Sementara itu, penjualan di sejumlah sektor, kecuali otomotif dan bahan bakar hanya naik 0,2 persen saja.

Padahal beberapa prediksi menyebutkan adanya kenaikan data ritel. Seperti halnya MarketWatch yang memprediksi data ritel AS naik 0,1 persen, dan 0,4 persen untuk otomotif dan bahan bakar.

Menyusul penurunan data ekonomi tersebut, dolar akhirnya melemah dan mengalami perdagangan terburuknya pekan ini.

"Pelemahan dolar AS yang baru terjadi telah mendorong emas naik ke atas US$ 1.200 per ounce. Saat ini para pedagang di pasar emas fokus pada emas mengingat harganya yang mendekati level resistance US$ 1.220 per ounce," ujar Presiden Warwick Valley Financial Advisors Ken Ford.

Dia menjelaskan, jika harga emas bisa mencapai level tersebut, maka logam mulia ini bisa berlari mencapai US$ 1.300 per ounce. Para investor akan merasa lebih percaya diri jika harga emas dapat mencapai level di atas US$ 1.224 per ounce.

Chief Market Analyst Chintan Karnani mengatakan, saat ini terjadi pemulihan singkat, jika berlanjut harga emas dapat menyentuh level tertingginya di US$ 1.324 per ounce. "Satu hal yang pasti, The Fed akan menunda kenaikan suku bunganya," tandas dia.(Sis/Nrm)

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya