Kinerja Garuda Indonesia Ungguli Singapore Airlines di Awal 2015

PT Garuda Indonesia Tbk mencatatkan kenaikan jumlah penumpang mencapai 18,3 persen sedangkan Singapore Airlines hanya 1 persen.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 15 Mei 2015, 17:45 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2015, 17:45 WIB
Pesawat Garuda Indonesia
Ilustrasi (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mencatatkan kinerja positif pada awal 2015. Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk Arif Wibowo mengungkapkan kinerja membanggakan tersebut menjadi yang pertama dibandingkan dengan maskapai lain yang tengah tertekan.

"Ini pertama kali Perseroan mencetak laba bersih yang positif di tengah kondisi yang low season di awal tahun," kata Arif di Kantor Pusat Garuda, Cengkareng, Tangerang, Jumat (15/5/2015).

Pada periode kuartal I 2015 maskapai berlambang burung biru tersebut mencetak laba bersih sebesar US$ 12,4 juta. Dibandingkan periode sama tahun lalu, perseroan rugi sebesar US$ 166,2 juta.

Di pos pendapatan, Garuda Indonesia mencetak pendapatan sebesar US$ 927,3 juta‎, meningkat 13,4 persen dibanding periode sama 2014 sebesar US$ 817,4 juta.

Dari laporan keuangan Perseroan, peningkatan kinerja kuartal I 2015 ini mengalahkan beberapa maskapai kelas atas di kawasan regional termasuk Singapore Airlines. Hal itu terlihat dari pertumbuhan jumlah penumpang.

Garuda Indonesia mencatatkan peningkatan jumlah penumpang mencapai 18,3 persen atau mencapai 7,6 juta penumpang. Sedangkan Singapore Airlines hanya mampu meningkatkan jumlah penumpangnya sebesar 1 persen.

Keunggulan Garuda Indonesia dengan Singapore Airlines juga dapat dilihat dari Ravenue Passenger per Kilometer (RPK). Garuda mampu memperoleh peningkatan RPK mencapai 20,2 persen, sedangkan Singapore Airlines justru -1,4 persen.

Arif mengatakan, keberhasilan pencapaian kinerja maskapai tersebut akibat langkah-langkah quick win yang dilakukan perseroan, termasuk salah satunya melakukan rotasi rute untuk lebih efektif. "Selain adanya quick wins, apa yang kita capai ini juga karena pengaruh penurunan harga avtur," tegas Arif.

Arif menjelaskan, beban perusahaan untuk bahan bakar menurun 29,8 persen pada awal 2015 dari sebelumnya US$ 376,5 juta‎ menjadi US$ 264,2 juta. (Yas/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya