Ini Daftar Perusahaan Negara yang Masih Merugi

Kementerian BUMN mencatat terdapat 22 BUMN yang merugi di 2014.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 26 Mei 2015, 15:45 WIB
Diterbitkan 26 Mei 2015, 15:45 WIB
Kementerian BUMN
(Foto: Antara)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam pemerintahan presiden Joko Widodo didorong untuk menjadi motor percepatan pembangunan nasional.

Itu dilakukan mengingat misi Presiden Jokowi yaitu akan membangun ekonomi nasional melalui daerah, sementara perusahaan swasta masih enggan berinvestasi di daearah.

Namun dalam kenyataannya dari kinerja [BUMN](2227858 '') sepanjang tahun 2014, masih ada setidaknya 21 perusahaan BUMN yang masih merugi yang sudah teraudit.

"Masalah kerugiannya itu bervariasi setiap perusahaannya," kata Kepala Divisi Komunikasi Publik kementerian BUMN, Teddy Poernomo kepada Liputan6.com, Selasa (26/5/2015)

Dikutip dari data yang diperoleh Liputan6.com dari Kementerian BUMN, dari 21 perusahaan tersebut PT Garuda Indonesia (Persero) menjadi BUMN yang mengalami kerugian paling besar yaitu mencapai Rp 4,6 triliun.

Seperti diketahui pada tahun lalu industri penerbangan Indonesia memang sedang mengalami tekanan. Hal itu disebabkan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Selain Garuda Indonesia, PT Krakatau Steel (Persero) menempati urutan kedua sebagai perusahaan BUMN yang mengalami kerugian. KS tercatat rugi sebesar Rp 2,5 triliun.

Sedangkan di peringkat ketiga ada perusahaan maskapai BUMN yang saat ini sudah tidak beroperasi, yaitu PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) yang mengalami kerugian Rp 1,5 triliun.

Beriktu Daftar 21 Perusahaan BUMN yang masih merugi di 2014 yang telah di audit:

1. PT Garuda Indonesia, Tbk: Rp 4,6 triliun
2. PT Krakatau Steel Tbk: Rp 2,5 triliun
3. PT Merpati Nusantara Airlines: Rp 1,5 triliun
4. PT Antam Tbk: Rp 775,2 miliar
5. Perum Bulog: Rp 458,9 miliar
6. PT Rajawali Nusantara Indonesia: Rp 281, miliar
7. PT INTI: Rp 265,8 miliar
8. PT Dok dan Kodja Bahari: Rp 175,9 miliar
9. PT ASEI-REI: Rp 128,1 miliar
10. PT Iglas: Rp 101,2 miliar
11. PT Barata Indonesia: Rp 96,5 miliar
12. PT Dok dan Perkapalan Surabaya: Rp 89,6 miliar
13. PT Industri Sandang Nusantara: Rp 67,9 miliar
14. PT Berdikari: Rp 47,9 miliar
15. PT Perusahaan Perdagangan Indonesia: Rp 37,4 miliar
16. PT Survai Udara Penas: Rp 20,8 miliar
17. PT Indra Karya: Rp 9,2 miliar
18. PT Balai Pustaka: Rp 8,4 miliar
19. PT Primissima: Rp 6,5 miliar
20. PT PDIP Batam: Rp 4,8 miliar
21. Perum Produksi Film Negara: Rp 789 juta

Sementara untuk BUMN yang rugi dan belum teraudit laporan keuangannya adalah:

1. PT Sang Hyang Seri: Rp 180 miliar
2. PT Pertani: Rp 123,3 miliar
3. PT Kertas Kraft Aceh: Rp 81 miliar

(Yas/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya