Getol Kampanye, Bos OJK Bidik Industri Syariah Tumbuh 3%

Industri keuangan syariah kian berkembang pesat sejak kelahiran bank syariah pertama pada 1992.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 14 Jun 2015, 13:14 WIB
Diterbitkan 14 Jun 2015, 13:14 WIB
Muliaman Hadad
(Foto: Antara)

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan pertumbuhan industri syariah, baik dari sektor jasa keuangan maupun non keuangan sebesar 3 persen selama lima tahun ke depan. Hal ini menyusul peresmian gerakan Aku Cinta Keuangan Syariah‎ dan berbagai aktivitas dalam rangka sosialisasi serta edukasi industri keuangan di Indonesia.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Muliaman D Hadad mengungkapkan, industri keuangan syariah kian berkembang pesat sejak kelahiran bank syariah pertama pada 1992. Bukan saja industri keuangan syariah, tapi melingkupi industri keuangan non bank syariah seperti asuransi syariah, dana pensiun syariah, perusahaan pembiayaan syariah, obligasi syariah, reksadana syariah dan lainnya.

"Perkembangan cepat ini tidak akan bisa tercapai tanpa dukungan pemerintah, mengingat dalam dua dasawarsa ini banyak aturan yang sudah diterbitkan seperti Undang-undang (UU) Perbankan Syariah, UU SBN Syariah dan sebagainya," ujar dia dalam Peresmian Pasar Rakyat Syariah, Lapangan Parkir Selatan Senayan, Jakarta, Minggu (14/6/2015).

Data OJK per Maret 2015, kata Muliaman, industri perbankan syariah terdiri dari 12 bank umum syariah, 22 unit usaha syariah yang dimiliki bank umum konvensional dan 163 BPRS dengan total aset mencapai Rp 264,81 triliun dengan pangsa pasar 4,88 persen.

Sementara jumlah pelaku Industri Keuangan Non Bank (IKNB) syariah 98 lembaga di luar LKM yang terdiri dari usaha jasa takaful (asuransi syariah) yang mengelola aset Rp 23,80 triliun, di samping usaha pembiayaan syariah senilai Rp 19,63 triliun, serta lembaga keuangan syariah lain dengan aset senilai Rp 12,86 triliun. Secara keseluruhan, diakui dia, pangsa pasar IKNB Syariah telah mencapai 3,93 persen dibanding total aset IKNB secara umum.

Pasar modal syariah, dijelaskannya, mencatatkan total saham syariah menembus Rp 3.037,46 triliun sampai Maret 2015. Sedangkan sukuk korporasi yang diperdagangkan mencapai nilai Rp 7,1 triliun dan reksadana syariah sebesar Rp 11,7 triliun.

"‎Jasa keuangan syariah di Indonesia masih belum optimal, tapi penetrasi pasar dan kontribusinya masih jauh yakni 5 persen dari total aset konvensional," terangnya.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kontribusinya, kata Muliaman, memberikan bekal pemahaman masyarakat melalui program edukasi dan sosialisasi seperti gerakan Aku Cinta Keuangan Syariah. Dengan langkah ini, diharapkan industri syariah semakin bertumbuh dan memberi sumbangsih terhadap pembiayaan nasional.

"Gerakan ini serentak digelar di 7 kota pada, yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Makassar dan Balikpapan," cetus Muliaman. (Fik/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya