Ancaman Krisis Yunani Bikin Harga Minyak Lesu

Harga minyak turun dengan fokus pada tingginya pasokan AS mengingat para pedagang tengah menanti Referendum Yunani pekan ini.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 04 Jul 2015, 09:02 WIB
Diterbitkan 04 Jul 2015, 09:02 WIB
Ilustrasi Tambang Minyak 1 (Liputan6.com/M.Iqbal)
Ilustrasi Tambang Minyak 1 (Liputan6.com/M.Iqbal)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak kembali tertekan pekan ini lantaran kekhawatiran para pelaku pasar terhadap masa depan Yunani di zona euro. Kemungkinan meningkatnya pasokan minyak di Iran juga ikut menekan harga minyak.

Melansir laman AFP, Sabtu (4/7/2015), di Intercontinental Exchange, London, minyak mentah jenis Brent North Sea untuk pengiriman Agustus tercatat turun menjadi US$ 60,39 per barel dari US$ 63,25 sepekan sebelumnya.

Sementara harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) di divisi Comex, New York Mercantile Exchange juga turun US$ 59,59 per barel menjadi US$ 55,41 per barel.

Harga minyak turun dengan fokus pada tingginya pasokan AS mengingat para pedagang tengah menanti Referendum Yunani pekan ini yang akan menentukan apakah negara itu tetap berada di Zona Euro atau tidak.

Para pedagang juga tengah mencemaskan tentang pasokan minyak global dan meningkatnya lahan pengeboran minyak AS untuk pertama kalinya. Pemerintah AS mengumumkan sebuah kejutan dengan menghasilkan pasokan minyak komersial negara sebanyak 2,4 juta barel.

"Ini merupakan pertama kalinya peningkatan pasokan sejak akhir April, mengakhiri penurunan mingguan yang terjadi selama delapan pekan berturut-turut," terang analis teknikal di Forex.com Fawad Razaqzada.

Analis Bank Saxo Ole Hansen mengatakan, situasi AS yang dikombinasikan dengan peningkatan pasokan OPEC membuat potensi naiknya harga minyak semakin rendah. Ada beberapa kekhawatiran yang juga datang dari pasokan minyak Iran.

Pembicaraan antara enam negara besar dan Iran sebelumnya bertujuab menahan ambisi Iran membangun nuklir. Itan menolak tuntutan tersebut mengingat pihaknya telah lama mengembangkan senjata nuklir.(Sis/Nrm)

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya