Kandungan Nabati pada BBM Naik, Apa Dampaknya bagi Lingkungan?

Sawit yang memasok peningkatan campuran BBN tumbuh di lahan kritis bekas pertambangan.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 13 Jul 2015, 20:06 WIB
Diterbitkan 13 Jul 2015, 20:06 WIB
Kelapa sawit
(Foto: Fiki Ariyanti/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah terus mendorong penyerapan Bahan Bakar Nabati (BBN) dengan meningkatkan campuran pada Bahan Bakar Minyak (BBM). Apa dampak dari pencampuran bahan nabati pada BBM terhadap lingkungan?

Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said mengatakan, peningkatan campuran BBN pada BBM akan mengurangi ketergantungan dengan impor. Pasalnya, BBN dihasilkan dari dalam negeri.

"Ada orang bertanya kalau biofuel dari 15 persen ke 20 persen apakah itu tidak merusak lingkungan karena sawit pakai lahan gambut. Jawabnnya adalah konsep sustainable energi dengan mengurangi ketergantungan kepada impor," kata Sudirman, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (13/7/2015).

Sudirman menambahkan, sawit yang memasok peningkatan campuran BBN tersebut tumbuh di lahan kritis bekas pertambangan, sehingga tidan membuka lahan baru. Artinya, sawit yang digunakan tidak merusak lingkungan.

"Jawabnya, ada puluhan juta lahan kritis, antara 49 juta hingga 70 juta lahan krisis yang mau tak mau mesti ditanami dengan tanaman energi," tuturnya.

Ia mengungkapkan saat ini produktifitas tanaman kelapa sawit masih rendah, namun untuk meningkatkan produksi tidak dengan memperbanyak tanaman.

"Produktifitas tanaman kelapa sawit kita rendah, kita dorong melalui pola tanam supaya produktifitas tinggi meskipun deman CPO naik tak mempengaruhi lahan yang kita tanam," ungkapnya. (Pew/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya