Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah penjual daging sapi di pasar tradisional melakukan aksi mogok jualan sejak Minggu 9 Agustus 2015 dan rencananya akan berlangsung sampai Rabu, 12 Agustus 2015 nanti. Aksi mogok disebabkan keterbatasan dan mahalnya stok daging. Hal itu diduga akibat pembatasan impor daging sapi yang diterapkan oleh pemerintah.
Menanggapi aksi mogok tersebut, Presiden Joko Widodo (Jokowi) langsung menggelar rapat koordinasi bersama sejumlah menteri terkait kelangkaan daging di pasar. Rapat tersebut digelar secara mendadak, karena tidak diagendakan sebelumnya.
"Kami bicara soal kelangkaan daging," ujar Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Sofyan Djalil di Kantor Kepresidenan, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (10/8/2015), malam.
Sofyan mengatakan langkah mengantisipasi kelangkaan daging tersebut yaitu dengan operasi pasar dan Bulog akan mendapat izin untuk melakukan impor sapi. "Izin Bulog impor sapi siap potong sebanyak 50 ribu ekor. Kapan realisasinya? Nanti kami serahkan ke Bulog," ucapnya.
Menurut Sofyan, solusi yang ditawarkan tersebut merupakan solusi jangka pendek yang harus dilakukan pemerintah untuk mengisi keterbatasan daging sapi di pasar. Namun tentu, menurut Sofyan, perlu konsultasi terlebih dahulu dengan Presiden Jokowi.
"Makanya kami bicara jangka sangat pendek dan jangka pendek," ucap Sofyan.
Untuk diketahui, pedagang daging mengeluhkan tingginya harga daging sapi yang sudah menembus Rp 130 ribu per kilogram (kg). Bahkan tingginya harga daging membuat penjualan pedagang susut hingga 40 persen. Mereka pun melakukan aksi mogok sebagai bentuk protes.
Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta Sarman Simanjorang mengatakan penurunan penjualan daging sapi di kalangan pedagang sampai saat ini mencapai 30-40 persen. Ini dikarenakan daya beli masyarakat yang juga rendah akibat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang juga rendah.
Dia berharap pemerintah segera mengambil solusi yang tepat untuk memastikan pasokan daging ke pasar lancar sehingga harga stabil dan omzet padagang normal seperti biasa.
Sebab dia khawatir gejolak harga ini akan berkepanjangan dan menimbulkan ketidakpastian bagi pedagang, masyarakat dan dunia usaha.
"Semua kuncinya ada di tangan pemerintah, Kementerian Pertanian dan Perdagangan, kalau memang kita memiliki sapi lokal ya silahkan digelontorkan ke pasar, jika tidak ada ya harus dicari solusinya," kata Sarman yang juga sebagai Ketua Komite Daging Sapi Jakarta Raya.
Dijelaskan Sarman, kebutuhan daging sapi pada tahun ini diperkirakan mencapai 640 ribu ton, naik sekitar 8,5 persen dari tahun lalu sebesar 590 ribu ton.
Dimana pasokan bersumber dari daging lokal dan impor. Khusus untuk daging impor terdiri dari 40 persen daging sapi beku dan 60 persen sapi hidup. Khusus untuk kebutuhan daging di Jakarta, dikatakan Sarman sepenuhnya dipasok dari luar Jakarta baik daging lokal maupun impor. (Luqman Rimadi/Gdn)