Liputan6.com, Jakarta - Proyek pembangunan light rail transit (LRT)Â akan segera teralisasi. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) yakin bahwa proyek ini tidak akan berhenti seperti proyek monorail yang digagas oleh Pemda DKI jakarta.
Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub, Hermanto Dwiatmoko mengatakan, LRT lebih visible jika dibandingkan dengan monorail. Pasalnya, LRT dianggap lebih efisien dan murah ketimbang monorail.
"Kalau ditanya visible mana monorail dan LRT, kami sudah lakukan kajian. Monorail lebih tidak efisien," ujarnya di Kantor Kemenhub, Jakarta, Selasa (8/9/2015).
Dia menjelaskan, LRT bisa lebih efisien terutama dalam hal energi karena menggunakan roda baja sehingga daya lajunya lebih ringan. Sedangkan monorail menggunakan roda ban karet yang lebih berat daya lajurnya.
"LRT gunakan rel baja, sehingga didorong dikit sudah jalan. Kalau monorail gunakan roda ban, jadi butuh power lebih besar," lanjutnya.
Hermanto bahwa mengungkapkan bahwa saat ini di dunia, moda transportasi monorail mulai dikurangi. Monorail hanya digunakan untuk keperluan pariwisata, bukan untuk angkutan massal.
"Monorail sudah dikurang-kurangi. Kalau ada hanya untuk wisata. Malah di Sydney juga sudah dicabut. Jadi kalau monorail lebih mahal di penggerakan," tandas dia.
Untuk diketahui, proyek pembangunan moda transportasi Light Rail Transit (LRT) bakal disegera direalisasikan. Hal tersebut ditandai dengan pemancangan tiang pertama (groundbreaking) pada Rabu 9 September 2015. "Besok pukul 09.00 akan mulai dibangun LRT. Lokasinya ada di depan Taman Anggrek (TMII)," ujar Hermanto.
Ia menuturkan, proyek pembangunan tahap pertama yaitu rute Cibubur-Cawang-Dukuh Atas sepanjang 24,4 km (tahap IA) dan rute Bekasi Timur-Cawang-Dukuh Atas sepanjang 17,9 km (tahap IB). Kedua tahap tersebut, akan digarap oleh BUMN PT Adhi Karya Tbk dan nilai investasinya akan ditalangi oleh perusahaan plat merah tersebut. "Nilai investasinya sebesar Rp 23,817 triliun," kata dia.
Pemerintah akan mengganti dana investasi prasarana yang dikeluarkan oleh PT Adhi Karya Tbk tersebut melalui dana APBN. Proses penggantian bisa dilakukan secara bertahap maupun sekaligus tergantung kemajuannya.
"Bisa dibayar sekaligus atau bertahap berdasarkan progres. Misalnya Cibubur-Cawang sudah siap, kita bayar berdasarkan itu. Tapi kalau sekaligus juga akan beratkan APBN. Bagi Adhi Karya juga berat kalau tidak dibayar-bayar. Nanti dibayar sesuai hasil pemeriksaan BPKP (Badan Pengawasa Keuangan dan Pembangunan)," kata Hermanto. (Dny/Gdn)
Energi & Tambang