Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero)Â mengaku menanggung rugi Rp 13 triliun dari penjualan bahan bakar minyak (BBM) Premium dan Solar. Kerugian tersebut bisa terjadi karena Pertamina menjual dengan harga di bawah nilai keekonomian. Pertamina meminta, jika tidak ada dana di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk menambal utang tersebut, maka kompensasi dari kerugian tersebut adalah dengan mengurangi setoran dividen.
Direktur Jenderal (Dirjen) Anggaran Kementerian Keuangan, Askolani pun langsung angkat bicara dengan klaim dari perusahaan pelat merah tersebut. Menurutnya, pernyataan kerugian dari Pertamina itu harus dibuktikan melalui diaudit laporan keuangan.
"Kerugian tidak bisa diklaim sepihak. Rugi itu apa, dari mana, jadi harus audit, apakah iya (rugi) atau tidak," ucap dia di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (8/9/2015).
Menurut Askolani, apabila kerugian tersebut terbukti benar, maka pemerintah akan mengurangi bagian laba Pertamina ke negara alias dividen. Penetapan harga BBM di bawah harga keekonomian, sambung dia, tentu akan mengurangi laba perseroan.
"Sekarang ini, harga keekonomian masih di atas harga jual BBM yang ditetapkan. Tapi harus di audit dulu berapa lost-nya, dilihat berapa laba berkurang, lalu baru bisa diturunkan setoran dividennya," terang dia.
Askolani mengaku, pengurangan jatah dividen negara dari Pertamina pernah terjadi ketika ada penurunan untung di periode 2014 lalu. Itu terjadi karena harga minyak turun, dan bukan penjualan BBM. Jalan instannya adalah memangkas setoran dividen BUMN tersebut.
"Diantisipasi pemerintah mengurangi dividen 2015, yang ditarik tidak setinggi 2014. Jadi kebijakan ini bisa dilakukan juga untuk 2016, masa setoran dividen 2015. Itu opsi sementara. Tapi tetap harus melihat balance-nya, jangan bilang rugi Rp 13 triliun ke kita. Semua ada mekanisme, dipastikan dengan audit dan tidak bisa diklaim secara sepihak serta harus dibuktikan," jelas dia.
Klaim Rugi, Pertamina Harus Diaudit
Apabila kerugian tersebut terbukti benar, maka pemerintah akan mengurangi bagian laba Pertamina ke negara.
diperbarui 08 Sep 2015, 20:48 WIBDiterbitkan 08 Sep 2015, 20:48 WIB
Petugas SPBU sedang mengisi bahan bakar ke salah satu kendaraan roda empat Seiring dengan terus melorotnya harga minyak dunia, Jakarta, Kamis (1/1/2015). (Liputan6.com/Miftahul Hayat)
Advertisement
Live Streaming
Powered by
Video Pilihan Hari Ini
Video Terkini
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 Liga InternasionalHasil Liga Champions: 3 Wakil Italia Berjaya
6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Pramono-Rano Menang di TPS Calon Gubernur Jakarta Dharma Pongrekun
PPN 12% Diprediksi Tambah Penerimaan Negara Rp 75 Triliun
Pramono Menang Telak di TPS Sendiri
Hasil Quick Count LSI Denny JA Pilkada Jabar 77%: Acep-Gitalis 10,64%, Jeje-Ronal 9,22%, Syaikhu-Ilham 17,94%, Dedi-Erwan 62,20%
Ini Pesan Calon Wakil Gubernur Lampung Sutono di Hari Pencoblosan
Hasil Quick Count Indikator Pilgub Jateng Suara Masuk 70,67%: Andika-Hendi 42,04%, Luthfi-Yasin 57,96%
Dampak Benih Lobster Dilegalkan: Nelayan Semringah, Pembudidaya Ketiban Untung
7 Arti Mimpi Bertemu Presiden Joko Widodo, Simbol Keberkahan atau Peringatan?
Fokus : Mencoblos di Lokasi Pengungsian Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki
Ayu Ting Ting dan Keluarga Kompak Kenakan Busana Senada, Berikan Hak Suara di Pilkada 2024
Hasil Quick Count Indikator Pilgub Sumut 2024 Suara 38%: Bobby-Surya 64,80%, Edy-Hasan 34,88%
Para Atlet Paralympic Goalball Peraih Emas Kompak Gunakan Hak Suaranya di TPS Palembang