‎Saingi Vietnam, BKPM Siap Dukung Kawasan Industri

Vietnam mengembangkan kawasan industri melalui pemberian insentif antara lain pemberian tarif pajak 10 persen selama 15 tahun pertama.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 10 Nov 2015, 18:06 WIB
Diterbitkan 10 Nov 2015, 18:06 WIB
Kepala BKPM Franky Sibarani meninjau kawasan industri JIIPE di Gresik, Jawa Timur, Selasa (10/11/2015). (Foto: Ilyas Istianur/Liputan6.com)
Kepala BKPM Franky Sibarani meninjau kawasan industri JIIPE di Gresik, Jawa Timur, Selasa (10/11/2015). (Foto: Ilyas Istianur/Liputan6.com)

Liputan6.com, Gresik - Vietnam merupakan salah satu negara pesaing Indonesia yang saat ini sangat agresif dalam mengembangkan kawasan industrinya. Hal ini yang mendorong Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) terus berupaya untuk mendukung pengembangan kawasan industri di Indonesia untuk meningkatkan daya tarik investasi Indonesia.

Kepala BKPM, Franky Sibarani menyampaikan, berbagai negara tengah menitikberatkan pengembangan investasi di kawasan industri. “Salah satunya saingan kita adalah Vietnam sebagai pesaing berat kita sebagai negara tujuan investasi utama ASEAN,” ujarnya dalam konferensi pers di kawasan industri JIIPE di Gresik, Jawa Timur, Selasa (10/11/2015).

Dari data Financial Times Januari-September 2015 Indonesia berhasil menarik FDI yg masuk ke ASEAN sebesar US$ 15,48 Miliar (26 persen), sementara Vietnam US$ 11,61 Miliar (19 persen). “BKPM telah melakukan kajian mengenai insentif-insentif yang diberikan oleh Vietnam,” jelasnya.


Franky menambahkan, Vietnam mengembangkan kawasan industri melalui pemberian insentif antara lain pemberian tarif pajak 10 persen selama 15 tahun pertama, pembebasan PPh Badan selama 4 tahun dan pengurangan sebesar 50 persen selama 9 tahun.

Selain itu, Vietnam juga memberikan pengurangan PPh perorangan sebesar 50 persen, importasi barang modal dan bahan baku pembebasan Bea masuk impor selama 5 Tahun sejak pertama produksi, dan perizinan melalui layanan PTSP di kawasan industri.

“Pemerintah Indonesia juga telah berupaya mengembangkan kawasan industri melalui pemberian insentif untuk kawasan industri, diantaranya usulan pelayanan izin investasi izin konstruksi di kawasan industri, serta penetapan kawasan industri sebagai pusat logistik,” paparnya.

Secara riil, BKPM juga mendukung JIIPE sebagai Kawasan industri terpadu untuk menjadi kawasan industri yang melaksanakan pemberian Izin Investasi langsung konstruksi di JIIPE, mendukung JIIPE sebagai pusat logistik kawasan berikat, mengkoordinasikan kemudahan perizinan infrastruktur pendukung JIIPE.

 kawasan industri JIIPE di Gresik, Jawa Timur. (Foto: Ilyas Istianur/Liputan6.com)
JIIPE yang memiliki kepanjangan Java Integrated Industrial and Port Estate merupakan kawasan industri yang dibangun dari hasil join venture PT Pelindo III (persero) dengan PT Aneka Kimia Corporindo Tbk.

JIIPE memiliki kawasan industri seluas 2.933 hektare, dilengkapi pelabuhan laut seluas 406 hektare dan kawasan hunian seluas 77 hektare. Nilai total investasi pengembangan kawasan industri ini sebesar Rp 50 triliun.

Saat ini, JIIPE sedang memasuki masa konstruksi yang dilakukan oleh dua BUMN yaitu PT Hutama Karya dan PT Waskita Karya. Dalam proses konstruksi ini, terserap 1.500 tenaga kerja langsung, di mana 90 persen berasal dari masyarakat di sekitar kawasan industri, yaitu Kecamatan Bungah dan Kecamatan Manyar Gresik.

Hingga kini, sudah ada lima perusahaan yang akan membangun di kawasan industry JIIPE, yaitu perusahaan smelter, petrokimia, dan pengolahan garam untuk industri. Kelima perusahaan sedang melakukan konstruksi dan dapat menyerap sekitar 5.000 tenaga kerja langsung.

Sementara itu, seluruh kawasan industri ini dapat menyerap sekitar 60 ribu tenaga kerja langsung. JIIPE ini sebagai salah satu model pengembangan kawasan industri yang terpadu dengan pelabuhan (deep sea port) yang mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah namun tidak membebani anggaran APBN.

Dari data BKPM investasi pembangunan kawasan industri yang masuk dalam sektor prioritas pariwisata dan kawasan, untuk periode Januari-September 2015 tercatat kenaikan 127,3 persen dari tahun sebelumnya Rp 79,8 triliun menjadi Rp 181,2 triliun.

Sedangkan dari sisi minat investasi tercatat dari 22 Oktober 2014 hingga 2 Oktober 2015 total US$ 11 miliar minat investasi di sektor pariwisata dan kawasan‎. (Yas/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya