Kebijakan Suku Bunga The Fed Bayangi Rupiah

Nilai tukar rupiah bergerak di kisaran 13.683-13.768 per dolar Amerika Serikat pada perdagangan Selasa pekan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 17 Nov 2015, 14:10 WIB
Diterbitkan 17 Nov 2015, 14:10 WIB
20150923-Dollar-Naik-Jakarta
Petugas menunjukkan uang pecahan US$100 di penukaran uang, Jakarta, Rabu (23/9/2015). Mata uang Rupiah sempat melemah ke level 14.655 per dolar AS pada perdagangan pukul 09.50 waktu Jakarta. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah dibuka menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS), tetapi kecenderungan melemah pada perdagangan Selasa pekan ini. Hal itu lantaran rencana kenaikan bank sentral AS pada Desember 2015 masih membayangi rupiah.

Mengutip data Bloomberg, Selasa (17/11/2015), rupiah dibuka naik 66 poin ke level 13.683 per dolar Amerika Serikat (AS) dari penutupan perdagangan Senin pekan ini di level 13.749 per dolar AS. Akan tetapi, rupiah bergerak cenderung melemah ke level 13.732 per dolar AS pada pukul 13.40. Rupiah bergerak di kisaran 13.683-13.768 per dolar AS sepanjang hari ini.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah menguat 21 poin ke level 13.711 per dolar AS dari posisi Senin 16 November 2015 di level 13.732 per dolar AS.

Analis pasar uang PT Bank Mandiri Tbk, Renny Eka Putri menuturkan pengumuman neraca perdagangan sebesar US$ 1,01 miliar pada Oktober 2015 memberikan sentimen positif ke pasar.

Akan tetapi, investor cenderung berspekulasi terhadap kenaikan suku bunga bank sentral AS atau the Federal Reserve pada Desember 2015. Renny menilai, pemimpin bank sentral AS Janet Yellen belum memberikan pernyataan pasti apakah akan ditunda atau menaikkan suku bunga. Hal itu masih membayangi pasar. Data-data ekonomi AS mulai dari data tenaga kerja positif masih menjadi spekulasi dan sinyal bank sentral AS untuk menaikkan suku bunga. 

Karena itu, Renny mengatakan, Bank Indonesia (BI) masih mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate di level 7,5 persen. Hal itu untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga bank sentral AS. "Tekanan terhadap rupiah masih berlanjut hingga ada kepastian soal suku bunga bank sentral AS," ujar Renny saat dihubungi Liputan6.com. (Ahm/Igw)*

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya