Liputan6.com, Jakarta Mengawali pekan ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) cenderung tertekan terkena sentimen global terutama kekhawatiran investor usai serangan teror Paris pada Jumat pekan lalu dan permintaan dolar AS meningkat.
Mengutip data Bloomberg, rupiah ditutup melemah 64 poin ke level 13.749 per dolar Amerika Serikat pada Senin (16/11/2015) dari penutupan perdagangan Jumat 13 November 2015 di level 13.685 per dolar AS.
Sepanjang awal pekan ini, rupiah bergerak di kisaran 13.698-13.770 per dolar AS. Sementara itu, Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah melemah 99 poin menjadi 13,732 per dolar AS dari posisi Jumat 13 November 2015 di level 13.633 per dolar AS.
Advertisement
Ekonom PT Bank Danamon Tbk Dian Ayu menuturkan, serangan teror paris cukup mempengaruhi pasar uang terutama euro melemah. Hal itu dinilai berimbas negatif ke rupiah. Euro turun 0,5 persen menjadi US$ 1.0715. Sementara itu, indeks dolar AS cenderung naik 0,1 persen menjadi 99,08 terhadap enam mata uang utama lainnya.
Baca Juga
"Pelemahan rupiah lebih karena sentimen global. Hal itu lantaran euro agak negatif sehingga berimbas ke rupiah. Padahal dari dalam negeri cenderung positif. Neraca transaksi berjalan membaik (1,8 persen terhadap Produk Domestik Bruto). Jadi dari sisi fundamental cukup bagus," kata Dian saat dihubungi Liputan6.com.
Ia menambahkan, permintaan dolar AS meningkat juga turut menekan rupiah. Pelemahan rupiah ini dinilai masih wajar.
Euro Melemah ke Level Terendah dalam Enam Bulan
Di pasar uang global, euro melemah 0,5 persen menjadi US$ 1.07205. Euro melemah ke level terendah dalam enam bulan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Tekanan euro ini terjadi lantaran ada kekhawatiran serangan teror Paris dapat memukul ekonomi Eropa.
"Pelemahan mata uang Euro ini merefleksikan fokus dan ketidakpastian terhadap dampak serangan teror Paris yang akan mempengaruhi ekonomi Eropa. Fokus pelaku pasar sekarang adalah kebijakan bank sentral terutama Eropa dan Amerika Serikat," ujar Alvin Tan, Analis Societe Generale SA, seperti dikutip dari laman Bloomberg, Senin pekan ini.
Pelemahan mata uang tersebut juga diikuti mata uang Asia dengan mata uang Korea Selatan Won memimpin pelemahan, lalu disusul rupiah.
"Rentetan serangan teror Paris menambah kekuatan ke dolar Amerika Serikat (AS). Mata uang Asia cenderung melemah juga dipicu dari rencana kenaikan suku bunga bank sentral AS yang masih membayangi," ujar Andy Ji, Analis Commonwealth Bank of Australia. (Ahm/Igw)