Liputan6.com, Jakarta - Industri kemasan dalam negeri mengeluhkan kurangnya ketersediaan infrastruktur pendukung sektor industri. Akibat masalah ini, biaya produksi di Indonesia jauh lebih mahal dibandingkan negara lain.
Direktur Eksekutif Federasi Pengemasan Indonesia Henky Wibawa mengatakan, kurangnya infrastruktur seperti jalan dan pelabuhan membuat biaya logistik di Indonesia lebih mahal dibandingkan negara lain. Mahalnya biaya logistik ini turut mempengaruhi biaya produksi industri.
Baca Juga
"Infrastruktur kita masih lemah, sehingga biaya logistik mahal. Dibandingkan dengan China, misalnya, perbedaan cukup besar. Biaya logistik mereka hanya 8 persen, sedangkan kita bisa sampai 18 persen," ujar Henky di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Rabu (18/11/2015).
Advertisement
Baca Juga
Selain soal infrastruktur, industri kemasan di dalam negeri juga dihadapkan dengan masalah sulitnya impor bahan baku. Menurut dia, impor bagi industri ini harus dipermudah sehingga bisa mengembangkan ekspor produk kemasan ke negara lain.
"Permasalahan juga ada yang dibatasi. Bea masuk juga tidak harmonis. Padahal kita siap untuk ekspor. Ini yang dilindungi malah yang (produk) impor, harusnya yang dilindungi yang ekspor," kata dia.
Henky menjelaskan, saat ini industri kemasan masih banyak bergantung pada bahan baku impor. Hal ini karena besarnya kebutuhan akan biji plastik namun tidak mampu dicukupi dari dalam negeri.
"Saat ini bahan baku yang kita punya tidak mencukupi, 50 persen harus impor biji plastik. Impor bisa dari Timur Tengah, Singapura, China, Korea, Jepang. Tapi Jepang sekarang mahal," kata Henky. (Dny/Ahm)*