Pertamina Butuh Belanja Modal US$ 10 Miliar pada 2019

Capex yang dianggarkan tersebut sebagian besar dalam bentuk dolar Amerika Serikat (AS).

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 25 Nov 2015, 15:00 WIB
Diterbitkan 25 Nov 2015, 15:00 WIB
20150920- Terminal Suplay Point Pelumas Pertamina-Batakan
Suasana aktivitas di Terminal Suplay Point (TSP) dan Distribusi Pelumas Pertamina di Batakan, Kalimantan Timur, Minggu (20/9/2015). TSP ini mampu menampung sebanyak 8.000 drum dan 820.000 Liter pelumas.(Liputan6.com/Yoppy Renato)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) menganggarkan belanja modal atau Capital Expenditure (capex) sebesar US$ 10 miliar pada 2019. Belanja modal tersebut akan digunakan perseroan untuk mengembangkan beberapa proyek. 

Direktur Keuangan Pertamina, Arief Budiman mengatakan, nilai capex tersebut sejalan rencana ekspansi bisnis perseroan. Ada beberapa proyek yang memang akan dijalankan oleh Pertamina dalam beberapa tahun ke depan. Namun sayangnya, Arief belum mau mengungkapkan apa saja proyek-proyek tersebut. 

"Rencananya sudah ada dalam rencana jangka panjang perusahaan, tapi memang tidak bisa disebut. Tapi kita sudah punya rencana secara rinci," kata Arief dalam Pertamina Energy Forum, di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (25/11/2015).

Arief melanjutkan, capex tersebut berasal dari berbagai sumber pendanaan. Pertama sudah pasti perseroan akan mengandalkan dari kas internal. Sedangkan sumber kedua, perseroan akan mencari dana dari luar dengan menerbitkan obligasi global (global bond). Untuk porsi asal pendanaan Pertamina akan sesuaikan dengan jenis proyek yang akan dilaksanakan.


"Mengenai komposisinya akan kami sesuaikan dengan proyek yang ada. Jadi tergantung proyeknya apakah akan lebih besar dana sendiri atau bond. Kami sesuaikan misalnya untuk proyek hulu biasanya jangka panjang 30 tahun, tidak ada lembaga keuangan yang mau menyediakan dana, jadi akan gunakan dana sendiri," papar Arief. 

Ia melanjutkan, capex yang dianggarkan tersebut sebagian besar dalam bentuk dolar Amerika Serikat (AS). Namun untuk memenuhinya, Pertamina sedikit merasa kesulitan untuk mendapatkan pasokan dolar AS untuk memenuhi capex. Alasannya, kebutuhan dolar AS Pertamina sangat besar dan ada batasan dari bank nasional untuk menyediakan dolar AS.

"Cecara natural memang capex Pertamina sebagian besar dari dolar AS. Nah, pasokan dolar AS ini sulit karena di pasar domestik masih sangat terbatas.  Untuk bank domestik hampir melewati batas, secara regulasi mereka tidak bisa padahal kebutuhan kami besar," pungkasnya.

Sedangkan untuk tahun ini, Pertamina menyiapkan belanja modal sebanyak US$ 5 miliar. Dana tersebut sebagian besar digunakan oleh perseroan untuk ekplorasi ladang minyak. "Banyak sumur tua yang ada, makanya perlu revitalisasi," kata Arief. 

Ia melanjutkan, biaya yang dikeluarkan untuk revitalisasi terhitung besar,  dana yang perusahaan rogoh secara total kira-kira mencapai US$ 25 miliar. (Pew/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya