Cadangan Devisa Tergerus, Rupiah Turun ke 13.853 per Dolar AS

Pelemahan rupiah tersebut terjadi tidak hanya karena penguatan dolar AS, tetapi juga karena anjloknya harga komoditas.

oleh Arthur Gideon diperbarui 08 Des 2015, 12:50 WIB
Diterbitkan 08 Des 2015, 12:50 WIB
20151009-Dollar-Turun
Petugas menghitung uang pecahan US$100 di Jakarta, Jumat (9/10/2015). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (9/10/2015) mengalami penguatan, bahkan bergerak ke level Rp 13.400. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali bergerak melemah pada perdagangan Selasa pekan ini. Pelemahan rupiah disebabkan karena penurunan harga minyak dunia dan juga penurunan cadangan devisa. 

Mengutip Bloomberg, Selasa (8/12/2015), rupiah dibuka di level 13.855 per dolar AS. level tersebut menguat jika dibandingkan dengan penutupan sehari sebelumnya yang tercatat di level 13.860 per dolar AS.

Namun menjelang siang, rupiah diperdagangkan melemah ke level 13.878 per dolar AS. Dari pagi menjelang siang, rupiah diperdagangkan di kisaran 13.817 per dolar AS hingga 14.880 per dolar AS.


Sedangkan berdasarkan Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah diperdagangkan di level 13.853 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan perdagangan sehari sebelumnya yang ada di level 13.837 per dolar AS.

Senior foreign-exchange strategist Australia & New Zealand Banking Group Ltd, Singapura, Khoon Goh menjelaskan, harga minyak dunia melemah dalam beberapa hari terakhir setelah organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) memutuskan untuk tetap mempertahankan produksi.

"Penurunan harga minyak membuat mata uang dari negara yang perekonomiannya bertumpu kepada komoditas seperti Malaysia dan Indonesia juga melemah," jelasnya seperti dikutip dari Bloomberg.

Penurunan harga minyak tersebut membuat beberapa negara harus mengatur pendapatan dan pengeluarannya sehingga akan mempengaruhi necara keuangan.

Ekonom PT Samuel Sekuritas, Rangga Cipta menambahkan, nilai tukar rupiah sebenarnya sempat stabil di pembukaan kemarin tetapi ditutup melemah bersamaan dengan pelemahan mayoritas mata uang di Asia.

Hampir sama dengan Khoon Goh, Rangga menjelaskan bahwa pelemahan rupiah tersebut terjadi tidak hanya karena penguatan dolar AS, tetapi juga karena anjloknya harga komoditas.

"cadangan devisa yang terus turun menunjukkan masih adanya usaha BI untuk mencegah pelemahan rupiah yang terlalu dalam. Tetapi ketika itu terjadi saat gejolak di pasar global semakin intensif," tambahnya. Cadangan devisa Indonesia tercatat sebesar US$ 100,2 miliar pada akhir November 2015. Angka itu turun US$ 500 juta dari posisi akhir Oktober 2015 sebesar US$ 100,7 miliar.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Tirta Segara menuturkan, perkembangan cadangan devisa itu dipengaruhi oleh penerimaan devisa antara lain dari penerimaan migas dan penarikan pinjaman pemerintah yang masih cukup untuk memenuhi kebutuhan devisa. Hal itu digunakan antara lain untuk pembayaran utang luar negeri Pemerintah serta penggunaan devisa dalam rangka stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya. (Gdn/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya