Jelang Natal dan Tahun Baru, Tingkat Hunian di Mataram Naik Tajam

Jika dilihat dari awal tahun, tingkat hunian selama 2015 ini lebih sepi ketimbang tahun 2014.

oleh Hans Bahanan diperbarui 22 Des 2015, 08:18 WIB
Diterbitkan 22 Des 2015, 08:18 WIB
Pantai Nipah
Pantai Nipah merupakan pantai menawan di Lombok yang terbentuk dari batuan vulkanik.

Liputan6.com, Mataram - Jelang perayaan hari raya Natal 2015 dan Tahun Baru 2016, tingkat hunian hotel di kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) meningkat tajam. Peningkatan tersebut sudah terjadi sejak 1 Desember 2015 kemarin.

"Dari tanggal 1 sampai 20 Desember 2015, hampir seluruh hotel di kota mataram mengalami peningkatan hunian hingga 90 persen," ujar Reza Bovier, ketua Asosiasi Hotel Mataram (AHM), Senin (20/12/2015).

Dia menuturkan, jika dilihat dari awal tahun, tingkat hunian selama 2015 ini lebih sepi ketimbang tahun 2014. Penyebab penurunan tingkat hunian di 2015 karena Pulau Lombok dihadapkan dengan berbagai bencana terutama meletusnya gunung Baru Jari pada awal November lalu.

"Tahun 2014 tingkat hunian sangat tinggi, tahun ini lumayan sepi karena bencana gunung meletus, dan penerbangan yang ditutup beberapa minggu lalu akibat erupsi," kata dia.

Reza menuturkan, dari 109 jumlah hotel yang beroperasi di Mataram, hampir di dominasi oleh wisatawan nusantara saja, sebagian besar berasal dari Jabodetabek. Sementara untuk wisatawan asing hanya beberapa saja.

Terkait sepinya wisatawan asing, Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) NTB, mengungkapkan, bahwa salah satu pengaruh sepinya kunjungan wisatawan asing jelang natal dan tahun baru ini lantaran cuaca yang terus menerus memburuk. 

"Biasanya sejak tanggal 15 Desember 2015 wisatawan asing mulai memenuhi tingkat hunian. Namun karena cuaca buruk mungkin agak sedikit tertunda," ujar Lalu Hasanudin, Anggota penentu kebijakan BPPD NTB.

Hasan berharap, puncak ramai kunjungan wisatawan asing ke pulau Lombok akan terjadi sehari sebelum natal hingga tahun baru. "Kita berharap Lombok tetap ramai dikunjungi, dan diperkirakan jelang hari natal wisatawan asing sudah mulai ramai," tutup Hasan.

Penurunan tingkat hunian pada 2015 ini juta terasa di kawasan wisata Gunung Bromo. Naiknya aktivitas vulkanik gunung tersebut membuat tingkat hunian mengalami penurunan terutama di akhir tahun ini. Tingkat okupansi hotel jelang libur akhir tahun seperti saat ini biasanya sudah mencapai 90 persen. Kini, hanya berkisar 10 persen.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restauran Indonesia (PHRI) Probolinggo Jawa Timur, Digdoyo Djamaludin mengatakan momen libur natal dan tahun baru biasanya menjadi masa panen bagi industri wisata di sekitar Bromo, terutama hotel dan penginapan.

"Tapi karena naiknya aktivitas vulkanik Bromo, banyak tamu yang memilih membatalkan booking hotel. Wisatawan khawatir melihat situasi Bromo akhir–akhir ini,"


Menurut dia, banyak tamu yang sebenarnya sudah booking penginapan untuk 19 Desember 2015–2 Januari 2016. Namun mereka memilih membatalkan rencana itu setelah status Bromo naik dari Waspada level II menjadi Siaga level III.

Apalagi kawasan wisata kaldera Bromo yang terdiri dari savana, padang pasir dan kawah ditutup oleh Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) dari aktivitas wisata.

Probolinggo yang masuk kawasan wisata Bromo, punya 14 hotel dan 128 home stay dengan total 794 kamar. Pengelola hotel sebenarnya berusaha meyakinkan tamu, wisata di Bromo tak hanya di kaldera. Menikmati Bromo juga bisa dari Bukit Setya, Gunung Penanjakan dan Bukit Cinta. 

"Aktivitas vulkanik Bromo ini momen langka yang sebenarnya bisa dilihat wisatawan dari radius yang aman," tandas Digdoyo. (Hans Bahanan/Gdn)



**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

 

Ingin siapkan dana untuk liburan? Simak caranya di video ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya