BKPM Rayu Jepang Investasi Industri Bahan Baku di RI

Potensi outward investment Jepang untuk sektor bahan baku dan barang modal cukup besar.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 29 Jan 2016, 13:10 WIB
Diterbitkan 29 Jan 2016, 13:10 WIB
20160121-Preskon BKPM Pencapaian Investasi 2015-Jakarta-Angga Yuniar
Kepala BKPM, Franky Sibarani (kiri) dan Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM, Azhar Lubis memberikan keterangan pers terkait hasil pencapaian investasi 2015 di Gedung BKPM, Jakarta, Kamis (21/1/2016). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mendorong investor Jepang untuk berinvestasi di sektor industri bahan baku dan barang modal.

Kepala BKPM Franky Sibarani mengatakan dorongan itu karena melihat potensi outward investment Jepang untuk sektor bahan baku dan barang modal cukup besar.

Selain itu, berkembangnya investasi sektor tersebut memiliki dampak positif ganda dalam hal menekan angka impor serta meningkatkan kapasitas industrialisasi perusahaan domestik.
 
Franky merujuk kepada data FDI Markets tahun 2015, di mana proporsi sektor bahan baku dan barang modal  terhadap outward investment Jepang secara global cukup besar.

Dia mencontohkan proporsi sektor baja yang mencapai US$ 2,2 Miliar atau 5 persen dari keseluruhan outward investment Jepang. Demikian pula dengan sektor kimia yang juga mencapai 3% atau sebesar US$ 1,81 Miliar.
 
”Data tersebut memberikan gambaran bahwa potensi investasi Jepang di kedua sektor tersebut masih cukup besar. Pemasaran investasi BKPM di Jepang akan mendorong masuknya investasi Jepang untuk industri bahan baku dan industri barang modal. Selain tentu saja sektor utama mereka di bidang otomotif dan industri komponennya,” jelas Franky dalam keterangannya, Jumat (29/1/2016).

Franky, yang baru saja kembali dari kegiatan pemasaran investasi di Jepang, menilai   perkembangan industri bahan baku dan barang modal cukup menggembirakan.

Hal ini ditandai dengan realisasi investasi selama 2015 yang mencapai Rp 57,9 triliun, naik 24,8 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi investasi Jepang dari sektor tersebut juga menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan.

Dari data BKPM, Jepang mencatat realisasi investasi di sektor substitusi impor mencapai Rp 2,5 triliun pada 2015 atau naik 33 persen dari tahun sebelumnya mencapai Rp 1,8 triliun,” jelasnya.
 
“Bidang usaha yang mendominasi capaian realisasi investasi Jepang tersebut adalah Industri Logam Dasar Besi dan Baja terdiri dari 39 proyek dan nilai investasi mencapai Rp 1,74 triliun dan menyerap 3.474 tenaga kerja,” tambah dia.
 
Sementara dari sisi komitmen investasi, nilai investasi barang modal dan bahan baku tercatat mencapai angka Rp 171 triliun atau naik 5 persen dari periode yang sama tahun semula.
 
Dari data yang dirilis oleh BKPM, investasi dari Jepang terus menunjukkan peningkatan selama enam tahun terakhir. Sejak tahun 2010, nilai investasi Jepang ke Indonesia mencapai US$ 713 juta, kemudian meningkat drastis di 2011 dengan nilai investasi mencapai US$ 1,5 miliar, kembali meningkat menjadi US$ 2,3 miliar pada 2012.

Puncaknya pada 2013 Jepang menjadi peringkat teratas investasi dengan realisasi US$ 4,7 miliar, di tahun 2014 turun dan berada di level US$ 2,7 miliar dan pada 2015 meningkat tipis di level US$ 2,8 miliar.
 
Dari sisi realisasi investasi berdasar negara asal untuk periode tahun 2010-2015, posisi Jepang berada di peringkat dua di bawah Singapura dengan nilai mencapai US$ 31 miliar.  

Di bawah Singapura dan Jepang, terdapat Amerika Serikat dengan nilai investasi US$ 8,2 miliar, Korea Selatan dengan nilai investasi US$ 8 miliar dan Malaysia di peringkat kelima dengan nilai investasi US$ 7,1 miliar.(Yas/Nrm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya