Rupiah Masih Mampu Bertahan di 13.500 per Dolar AS

Alasan yang membuat invetor masuk ke Indonesia adalah rendahnya angka inflasi dan juga pertumbuhan ekonomi yang sesuai perkiraan.

oleh Arthur Gideon diperbarui 12 Feb 2016, 12:18 WIB
Diterbitkan 12 Feb 2016, 12:18 WIB
20150923-Dollar-Naik-Jakarta
Petugas menunjukkan uang pecahan US$100 di penukaran uang, Jakarta, Rabu (23/9/2015). Mata uang Rupiah sempat melemah ke level 14.655 per dolar AS pada perdagangan pukul 09.50 waktu Jakarta. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih mampu bertahan di bawah 13.500 per dolar AS pada perdagangan Jumat pekan ini. Dalam beberapa hari terakhir rupiah memang terus menguat bersama dengan ringgit Malaysia.

Mengutip Bloomberg, Jumat (12/2/2016), rupiah berada di level 13.484 per dolar AS pada pukul 11.40 WIB. level tersebut menguat jika dibandingkan dengan pembukaan yang ada di 13.502 per dolar AS, namun melemah jika dibandingkan dengan penutupan kemarin yang ada di level 13.463 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah ada di kisaran 13.436 per dolar AS hingga 13.527 per dolar AS. Jika dihitung sejak awal tahun, rupiah mampu menguat 2,15 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di level 13.471 per dolar AS. Melemah jika dibandingkan dengan perdagangan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.369 per dolar AS.

Biasanya, rupiah, bath Thailand dan juga ringgit Malaysia merupakan mata uang yang rentan terhadap gundangan dari eksternal. Namun rupiah ternyata mampu menepis anggapan tersebut. Di saat terjadi guncangan di China dan juga ketidakpastian kebijakan Bank Sentral AS, rupiah mampu bertahan dan bahkan menguat cukup tinggi.

"Pasar telah beralih ke aset-aset yang memberikan imbal hasil yang tinggi saat ini seperti di Indonesia," jelas Analis pasar uang Deutsche Bank AG, Singapura, Mallika Sachdeva.

Ia melanjutkan, alasan yang membuat invetor masuk ke Indonesia adalah rendahnya angka inflasi dan juga pertumbuhan ekonomi yang sesuai perkiraan.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan laju inflasi pada Desember 2015 sebesar 0,96 persen, atau lebih tinggi dibanding November yang sebesar 0,21 persen. Dengan demikian, inflasi tahun kalender 2015 mencapai‎ 3,35 persen.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat 4,79 persen pada 2015. Angka pertumbuhan ini melambat dari pertumbuhan ekonomi 2014 di angka 5,02 persen. (Gdn/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya