Pemerintah Diminta Tak Buru-buru Putuskan Masuk TPP

Masih banyak sektor di dalam negeri yang perlu dibenahi pemerintah jika ingin bersaing dalam perdagangan bebas.

oleh Septian Deny diperbarui 17 Feb 2016, 10:55 WIB
Diterbitkan 17 Feb 2016, 10:55 WIB
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani

Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha meminta pemerintah tak terburu-buru memutuskan untuk masuk dalam perdagangan bebas Trans Pacific Partnership (TPP) yang digagas Amerika Serikat (AS).

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Haryadi Sukamdani mengatakan, sebelum masuk ke lingkup TPP, masih banyak sektor di dalam negeri yang perlu dibenahi pemerintah jika ingin bersaing dalam perdagangan bebas.

Terlebih saat ini Indonesia juga tengah bersaing di pasar regional, seiring pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang bergulir sejak awal tahun ini.

"Kalau menurut saya, terlalu kepagian. Kita saja yang sama China sulit. Di ASEAN sendiri banyak PR (pekerjaan rumah)," ujarnya di Jakarta, Rabu (17/2/2016).

Menurut dia, pemerintah tidak perlu mengikuti langkah negara ASEAN lain seperti Vietnam yang telah masuk ke dalam pasar bebas tersebut. Meski diakui ada keuntungan jika Indonesia masuk TPP, namun pemerintah perlu juga memikirkan dampak negatif bagi perdagangan Indonesia.

 


"Jangan terlalu mengikuti gendangnya Amerika. Lebih baik dilihat betul kesiapan bagaimana. Menurut saya, Indonesia tetap menjadi daya tarik," kata dia.

Haryadi berharap, pemerintah tidak begitu saja terbawa arus untuk masuk ke pasar bebas tersebut. Pemerintah harus mempunyai pendirian namun tetap menjalin hubungan baik dengan semua negara termasuk dengan negara-negara yang tergabung dalam TPP.

"Ikut boleh. Tapi lihat skemanya. Ini, kan dipojokin nih. Harusnya lihat kepentingan kita juga. TPP lahir karena Amerika nggak senang China ambil posisi. Nah kita main di antara dua ini. Nggak harus kita ini jadi," dia memungkasi. (Dny/Nrm)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya