Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) melalui lntegrated Supply Chain‎ (ISC) melakukan transformasi pengadaan dan produk minyak mentah yang berpotensi memberikan dampak keuangan sebesar US$ 651 juta atau sekitar Rp 8,55 triliun (asumsi kurs Rp 13.149 per dolar Amerika Serikat) hingga 2017.
"Dampak finansial yang dimaksud adalah penciptaan nilai tambah bagi perusahaan dan efisiensi yang dihasilkan," kata Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto‎, di Kantor Pusat Pertamina Jakarta, Senin (4/4/2016).
Dwi menuturkan, transformasi tersebut merupakan bentuk pelaksanaan lima pilar perusahaan salah satunya adalah efisi‎ensi.Â
Advertisement
Cara dilakukan dengan mengambil alih peran Pertamina Energy Trading Limited (Petral) dalam proeses pengadaan minyak mentah, Bahan Bakar Minyak (BBM) dan elpiji.
Â
Baca Juga
"Petral dalam proses pembubaran. Kemudian bagaimana membenahi mentransformasikan supply chain apa kira-kira potensi ke depannya ini," ujar Dwi.
‎
Vice President ISC Daniel Purba mengungkapkan, transformasi ISC telah melahirkan tiga tahapan penting yaitu Fase 1.0 atau fase Quick Win, Fase 2.0 atau fase World Class ISC, dan Fase 3.0. Pada fase itu, ISC akan menjadi Talent Engine.
"Dari Fase 1.0, ISC telah terbukti memberikan kontribusi nyata bagi kinerja Pertamina secara keseluruhan dengan dihasilkannya efisiensi sebesar US$ 2O8,1juta sepanjang tahun lalu," tutur Daniel.
Untuk fase 2.0, terdapat enam inisiatif yang dikembangkan, yaitu pemilihan minyak mentah berdasarkan nilai keekonomian, penambahan minyak mentah yang dapat diolah di kilang Pertamina, dan pembenahan kebijakan pengadaan.
Selain itu, peningkatan volume minyak mentah domestik, optimalkan pengolahan, serta penyederhanaan syarat & ketentuan (GT&C) pengadaan sesuai dengan standar internasional.
"Dari inisiatif-inisiatif yang mulai dilakukan ISC tahun ini, Pertamina berpotensi dapat menciptakan nilai tambah dan efisiensi sebesar US$ 651 juta hingga 2017," tutur Daniel. (Pew/Ahm)