Dilewati Kereta Cepat, Walini Disulap Sekeren Korea dan Jepang

Walini sebagai salah satu wilayah yang dilewati kereta cepat Jakarta-Bandung bakal diubah seperti halnya kota-kota hijau yang ada di Jepang.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 06 Mei 2016, 15:39 WIB
Diterbitkan 06 Mei 2016, 15:39 WIB
20150905-Kereta-Cepat
Kereta Cepat Buatan Cina (Liputan6.com/Andrian M Tunay)

Liputan6.com, Jakarta - Walini sebagai salah satu wilayah yang dilewati Kereta Cepat Jakarta-Bandung bakal diubah seperti halnya kota-kota hijau yang ada di Jepang dan Korea.

Nantinya, kota tersebut bakal dikembangkan sebagai kota hijau dengan persentase pengembangan atau pembangunan hanya sampai 30-40 persen dan sisanya kawasan hijau.

Staf Khusus HSR PTPN VIII Hendra Mardiana menerangkan, total pengembangan Kota Walini seluas 2.873 hektare (ha).
 
Dari pengembangan tersebut, 1.270 ha merupakan pengembangan oleh konsorsium PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) yang di dalamnya juga termasuk PTPN VIII . Sisanya sebanyak 1.603 ha merupakan pengembangan yang dilakukan PTPN VIII.
 
‎"Khusus Walini terintegrasi dengan pengembangan transit oriented development (TOD). TOD 1.270 ha dan sisanya 1.603 ha, total 2.873 ha akan dibangun Kota Walini," kata dia, Jakarta, Jumat (6/5/2016).
 
Dia mengatakan, untuk Kota Walini akan dikembangkan sebagai kota wisata yang diisi oleh residensial, pusat kesehatan, dan pusat pendidikan. 
 
"Untuk TOD Walini (investasi) sekitar Rp 2,8 triliun sampai Rp 3 triliun," ujarnya.
 
Sementara untuk di luar TOD pihak PTPN VIII akan mencari mitra untuk pengembangan. Dia meyakini, Walini bakal menjadi kota yang ramai karena terhubung dengan rute moda transportasi lain.
 
"Masterplan-nya akan menarik, kita liat konteks regionalnya kan itu di tengah, dilewati tol, jalan negara jalan provinsi. Ada kereta lama dan kereta cepat akan menarik. Kan ada kota wisata, bukan hanya wisata jadi residensial makanya di samping residensial akan jadi pusat pemerintahan," jelas dia.
 
‎Untuk mendukung konsep kota hijau, dia menuturkan nantinya terdapat zona tertentu yang melarang penggunaan bahan bakar fosil.
 
"‎Ada zona-zona tertentu tak boleh masuk sumber fosil, kendaraan bermotor, khusus jalur pedestrian ada zona-zona tertentu kita kembangkan seperti itu," ungkap dia. (Amd/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya