Liputan6.com, Jakarta - Gagasan kantong plastik berbayar yang telah dicanangkan sejak Maret lalu merupakan buah manis dari perjuangan sekelompok anak muda. Melalui gagasan diet kantong plastik, mereka mampu untuk mendorong pemerintah mencanangkan aturan kantong plastik berbayar.
Salah satu pencetus gagasan tersebut adalah Mohammad Bijaksana Junerosano. Pria yang akrab dipanggil Sano ini sudah memiliki gagasan untuk mengatasi permasalahan sampah sejak ia duduk di bangku kuliah.
Sano menuturkan bahwa ide tersebut muncul sejak lama. Ia bahkan menulisnya dalam tugas akhir kuliahnya. Namun sayang, rancangan tugas akhir tersebut tidak disetujui.
Baca Juga
“Tapi saya tidak berhenti di sana, ini tetap terngiang di kepala saya. Jadi ketika sebelum saya lulus, saya akhirnya memutuskan untuk menggeluti bidang ini,” tutur Sano dalam acara Inspirato Liputan6.com, seperti ditulis, Rabu (11/5/2016).
Setelah lulus, Sano pun mendirikan Greeneration Indonesia. Sebuah organisasi yang nantinya diharapkan dapat menjadi solusi atas masalah lingkungan salah satunya sampah. Sano juga menggandeng beberapa teman yang memiliki visi yang sama untuk memecahkan permasalahan lingkungan.
“saya bisa memulai sendiri, tapi saya tidak bisa menuntaskan sendirian. Saya bukan superman, saya butuh superteam,” lanjutnya.
Di Bawah bendera Greeneration Indonesia, Sano dan teman-temannya pun mulai berjuang untuk menuntaskan permasalahan lingkungan. Salah satu hal yang menjadi fokus utamanya adalah penanggulangan sampah plastik.
Mereka akhirnya membuat satu gerakan yang dinamakan kampanye Diet Kantong Plastik. Gerakan ini mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk dapat bijak menggunakan kantong plastik. Sano dan teman-teman aktivis lingkungannya menilai bahwa sampah kantong plastik memiliki dampak yang besar pada lingkungan.
Advertisement
Kantong plastik berbayar
Setelah mempopulerkan kampanye tersebut, mereka pun terus berjuang agar dapat memiliki program yang berkesinambungan. Dari situ, lahirlah program polutan pay principle yang merupakan gagasan bagi masyarakat untuk membayar apabila menggunakan kantong plastik. Uang hasil pembelian kantong plastik tersebut akan digunakan untuk biaya konservasi lingkungan.
“Jadi orang yang memilih menggunakan kantong plastik bagi kami, sama saja akan menyumbang sampah nantinya. Jadi mereka harus bayar,” ungkapnya.
Tanpa disangka, gagasan yang mereka ajukan tersebut mampu memberikan hasil yang signifikan. Beberapa uji coba yang sano dan teman-teman lakukan mampu memperlihatkan bahwa dengan waktu yang singkat, satu retail supermarket saja mampu mengumpulkan uang yang banyak hasil pembelian kantong plastik.
Gagasan tersebut akhirnya berhasil diwujudkan. Sejak Maret lalu, pemerintah pun mengeluarkan kebijakan kantong plastik berbayar. Kebijakan itu diterapkan di dua puluh dua kota di Indonesia.
“Melakukan perubahan ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan. Bermula dari tugas akhir, akhirnya ide tersebut bisa direalisasikan berkat dukungan dari banyak pihak,” tutupnya.
Advertisement