Prediksi Pengusaha Brexit Bakal Ganggu Pertumbuhan Ekonomi RI

Inggris menjadi salah satu negara penyumbang investasi terbesar di Indonesia.

oleh Septian Deny diperbarui 25 Jun 2016, 12:01 WIB
Diterbitkan 25 Jun 2016, 12:01 WIB
Dampak Brexit
Ilustrasi pertumbuhan Ekonomi

Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha memperkirakan keluarnya Inggris dari Uni Eropa (UE) atau yang dikenal dengan Brexit bakal berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Itu karena Inggris menjadi salah satu negara penyumbang investasi terbesar di Indonesia.

Anggota Dewan Pertimbangan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Chris Kanter mengatakan, target pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan pemerintah dilandaskan pada masuknya investasi asing ke dalam negeri, termasuk dari para investor asal negeri Ratu Elizabeth tersebut.

"Ini dampaknya besar, karena pertumbuhan ekonomi yang diprediksi pemerintah dilandaskan pada FDI (foreign direct investment). Dalam hal ini Inggris termasuk lead, dari situ minat ke Indonesia itu besar," ujar dia di Jakarta, Sabtu (25/6/2016).

Dengan keluarnya Inggris dari Uni Eropa, ujar Chris, investor-investor tersebut akan menahan diri untuk melakukan ekspansi ke negara lain, termasuk ke Indonesia. Potensi pasar Indonesia yang begitu besar pun dinilai tidak akan mampu menarik investasi‎ asal Inggris.

‎"Dengan kejadian ini perusahaan besar beberapa tahun akan mengencangkan ikat pinggang. Tidak penting mau Indonesia hebat atau luar biasa menguntungkan, dari pada dia ambruk," kata dia.

Menurut Chris, meskipun dampak ini hanya berlangsung sementara, ‎periode pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan kehilangan momentum untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dari masuknya investasi asing. Selain itu perjanjian multilateral yang tengah dikaji oleh Indonesia seperti EU-CEPA pun terancam gagal untuk direalisasikan.

"Saya menyebut ini memang sesaat, tetapi buat perusahaan dia pasti 'oke kita ntar dulu'. Beberapa tahun akan menahan diri. Namanya beberapa tahun itu periode pemerintah sekarang, yang sedang mengandalkan bangun infrastruktur, perlu FDI, perlu trade meningkat. Semua multilateral pasti berantakan, sensitivitas akan lebih tinggi‎," tandas dia.(Dny/Nrm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya