Cara Pemerintah Jepang Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi

Sejumlah ekonom meragukan paket stimulus yang diberikan pemerintah Jepang.

oleh Liputan6 diperbarui 10 Agu 2016, 15:13 WIB
Diterbitkan 10 Agu 2016, 15:13 WIB
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintahan Jepang telah menyetujui paket stimulus ekonomi senilai 28 triliun yen atau sekitar US$ 275 miliar (Rp 3.605 triliun dengan asumsi kurs Rp 13.110 per dolar Amerika Serikat).

Paket stimulus itu sebagai upaya terbaru Perdana Menteri Shinzo Abe untuk mendorong dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Paket stimulus ekonomi tersebut termasuk pengeluaran 7,5 triliun yen untuk pemerintah pusat dan daerah selama dua tahun ke depan. Lebih dari setengah anggaran itu akan dialokasikan untuk tahun fiskal saat ini.

Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga menuturkan, paket stimulus akan dimasukkan dalam anggaran tambahan. Pemerintah berharap langkah tersebut dapat meningkatkan produk domestik bruto (PDB) 1,3 persen. Namun ekonom menyatakan kekecewaannya.

"Paket ini sangat sejalan dengan laporan selama beberapa hari terakhir, dan belum berbuat banyak untuk meningkatkan sentimen," ujar Lee Jin-Yang, Analis Aberdeen Asset Management, seperti dikutip dari laman BBC, yang ditulis Rabu (10/8/2016).

Adapun paket stimulus itu juga mencakup pengeluaran untuk proyek infrastruktur, dan rekonstruksi daerah bencana termasuk bagian dari Jepang utara-timur yang hancur akibat gempa pada 2011.Sebagian dana juga akan digunakan untuk meningkatkan upah bagi perawat orang tua dan anak.

Dana itu juga memberikan dukungan bagi perusahaan skala kecil dan keluarga berpenghasilan rendah. Namun, ekonom Japan Macro Advisors Takuji Okubo menuturkan, paket stimulus tersebut akan memiliki efek jangka pendek. "Dalam hal stimulus termasuk cara kuno dan mengecewakan," ujar dia.

Adapun stimulus pemerintah terbaru ini beberapa hari usai Bank of Japan melonggarkan kebijakan moneter dan meninjau program stimulus moneter pada September. "Untuk metode pembiayaan belum jelas. Kerja sama antara pemerintah dan bank sentral mungkin akan lebih sering terjadi di Jepang, dan berpotensi di tempat lain di dunia," kata Lee.

Sebelumnya Pemerintah Jepang memberikan suntikan terhadap bank sentral Jepang. Tujuan penyuntikan dana ini adalah upaya ekspansi terhadap ekonomi dunia.

Penambahan dana ini tentunya membuat Bank Sentral harus menentukan langkah yang tepat menghadapi stimulus fiskal yang segera terjadi. pengumuman paket stimulus oleh perdana menteri Jepang Shinzo Abe telah meningkatkan nilai saham di Jepang dan berbagai negara Asia lainnya di pasar modal pada akhir Juli 2016.

"Kami harus membuat langkah untuk mendukung pasar domestik dan memulihkan perekonomian," kata Shinzo Abe dalam pidatonya di Jepang Selatan.

"Saya mengambil berbagai langkah agar kami segera lari dari deflasi ini," kata dia.

Selain itu, Pasar mengharapkan Bank Sentral Jepang akan menunjukkan kekuatannya. "Jumlah cukup besar pada suntikan dana ini akan memberikan dampak yang besar terhadap ekonomi. Bank Sentral Jepang tidak mungkin menghabiskan uang sebanyak ini hanya dalam 1 kali periode saja, uang ini akan dihabiskan dalam beberapa tahun ke depan," ujar Hiroshi Miyazaki, pengamat ekonomi senior di Mitshubishi UFJ Morgan Stanley Securities.

"Bank Sentral Jepang kemungkinan akan melonggarkan beberapa kebijakan, termasuk di dalamnya kebijakan peminjaman utang pemerintah, Anda dapat menyatakan bahwa Bank Sentral Jepang bisa menyerap utang tersebut.Hal ini menunjukkan bahwa Bank Sentral Jepang dan pemerintah bekerja bersama-sama," tambah Hiroshi.

Banyak pembuat kebijakan Bank Sentral Jepang memilih untuk menunda pelonggaran kebijakan tersebut, karena mereka berharap suntikan dana yang diberikan akan mendorong pertumbuhan. Mereka juga berharap penyuntikan dana akan membuat inflasi menyentuh angka 2 persen sesuai dengan target mereka. (Aldo Lim/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya