Liputan6.com, New York - Harga emas turun setelah dolar Amerika Serikat (AS) menguat lantaran data ekonomi yang bagus.
Laporan menunjukkan sektor swasta menambah 179 ribu pekerja pada Juli. Angka itu di atas proyeksi pelaku pasar.
Harga emas di pasar spot pun turun 0,4 persen menjadi US$ 1.357,96 per ounce. Harga emas sempat sentuh level US$ 13.67,33 per ounce, tertinggi sejak 11 Juli.
Harga emas paling aktif untuk Desember merosot 0,6 persen menjadi US4 1.364,79 per ounce. "Rilis non farm payrolls (NFP) pada Jumat pasti dapat mempengaruhi pergerakan harga emas terhadap euro dan dolar AS," ujar Analis Commerzbank Daniel Briesemann, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (4/8/2016).
Laporan data tenaga kerja sektor swasta ini hadir jelang data laporan tenaga kerja AS lebih komplit. Laporan data tenaga kerja AS secara menyeluruh rilis pada Jumat pekan ini.
Advertisement
Baca Juga
"Meski pun data pertumbuhan ekonomi tak begitu baik, ada kemungkinan non-farm payroll akan sangat baik sehingga membawa sentimen kenaikan suku bunga, dan dolar AS menguat," kata Direktur Oxford Economics Daniel Smith.
Dolar ASÂ pun pulih dari posisi terendah pada perdagangan Selasa pekan ini. Indeks dolar AS naik 0,5 persen terhadap sejumlah mata uang asing.
"Pelaku pasar melihat data non-farm akan bagus. Ini tidak berarti kita akan melihat suku bunga (AS) tapi tingkat suku bunga global mungkin mulai menurun," kata Phillip Streible Analis RJO Futures.
Sebelunnya Chicago Federal Reserve Bank President Charles Evans menuturkan, kenaikan suku bunga mungkin akhir tahun, namun inflasi masih menjadi kekhawatiran. Target bank sentral AS, inflasi sekitar 2 persen. (Ahm/Ndw)