Komite Khusus CPO Mulai Berkantor di Indonesia Tahun Depan

‎Indonesia dan Malaysia telah membentuk komite khusus crude palm oil (CPO).

oleh Septian Deny diperbarui 01 Sep 2016, 14:47 WIB
Diterbitkan 01 Sep 2016, 14:47 WIB
Ilustrasi CPO 3 (Liputan6.com/M.Iqbal)
Ilustrasi CPO 3 (Liputan6.com/M.Iqbal)

Liputan6.com, Jakarta - ‎Indonesia dan Malaysia telah membentuk komite khusus crude palm oil (CPO) yaitu Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) pada Oktober 2015 lalu. Indonesia ditunjuk menjadi tempat sekretariat dari komite tersebut dan akan memulai operasional pada 1 Januari 2017.

Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Panggah Susanto mengatakan, pemilihan Indonesia sebagai tempat sekretariat ‎komite tersebut lantaran saat ini Indonesia menjadi produsen CPO terbesar di dunia mengalahkan Malaysia.

"Karena kita produsen terbesar. Ini nanti menetapkan eksekutif direktur dan lain-lain. Jadi kita memformulasikan bagaimana kesekretariatan atau pengoperasian CPOPC. Intinya men-set-up agar organisasi ini berjalan 1 Januari 2017," ujar dia di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (1/9/2016).

Menurut Panggah, dengan terbentuknya kesekretariatan CPOPC di Indonesia, komite ini akan lebih fokus merumuskan hal-hal yang diatur terkait dengan produk CPO. Sebagai contoh, CPOPC ini mengeluarkan standar produk CPO yang diharapkan bisa diterapkan di seluruh dunia.

"Jadi ini membuat standar yang sama dari seluruh produsen dari Industri sawit sendiri. Standar di kebun dan di industri. Kemudian terkait dengan petani sawit, pembinaan petani sawit. Kemudian juga manajemen stok, pembentukan green economic zone atau palm oil green economic zone," kata dia.

Rencananya Indonesia dan Malaysia juga akan mengajak negara penghasil CPO lain untuk masuk dalam komite ini. Dengan masuknya negara-negara tersebut diharapkan berdampak positif bagi komoditi CPO di dunia.

"Nanti ini bisa bertambah keanggotaannya di perluas termasuk nanti ada Brasil, ada Nigeria, Thailand, kemudian Pantai Gading dan ada 10 kalau tidak salah. Negara-negara yang memproduksi CPO itu dibuka," tandas dia. (Dny/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya