Pemerintah Beri Sinyal Kenaikan Harga Solar Subsidi pada 2017

Dirjen Migas ESDM I Gusti Nyoman Wiratmaja menuturkan, harga solar subsidi akan naik jika harga acuan MOPS meningkat.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 08 Sep 2016, 14:48 WIB
Diterbitkan 08 Sep 2016, 14:48 WIB
20151008-Solar turun-Jakarta
Petugas mencetak struk di SPBU kawasan Kuningan, Jakarta, Kamis (8/10/2015). Pemerintah menurunkan harga solar dari Rp 6.900/liter menjadi Rp.6.700/liter. Harga baru itu akan berlaku mulai Jumat, 9 Oktober mendatang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah memberi sinyal kenaikan harga solar bersubsidi pada 2017. Hal itu terjadi ‎dengan subsidi solar Rp 500 per liter dan jika harga acuan solar Mean of Platts Singapore (M‎OPS) naik.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) I Gusti Nyoman Wiratmaja mengatakan, pihaknya sedang menghitung harga solar ke depan dengan subsidi Rp 500 per liter seperti yang dicantumkan dalam Rancangan Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2017.

"‎Kita lihat hitung-hitungannya," ‎kata Wiratmaja, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (7/9/2016).

Wiratmaja mengungkapkan, harga solar bersubsidi kemungkinan naik, jika harga acuan MOPs mengalami kenaikan. Namun kenaikannya belum bisa disebutkan karena masih dalam perhitungan.

"Kita lihat. Secara logika sederhana harus kita kalkulasi, kalau sudah US$ 45 per barel ICP, tentu harga minyak, referensi MOPs yang kita pakai tentu naik juga. Kita hitung lagi," jelas Wiratmaja.

Terkait harga solar subsidi, PT Pertamina (Persero) mengaku mengalami kerugian dalam menjual bahan bakar minyak (BBM) jenis solar bersubsidi. Kerugian itu mencapai Rp 550 per liter. Harga jual solar bersubsidi sudah di bawah harga pasar.

Sebelumnya, Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang mengatakan, kerugian penjualan solar dialami Pertamina sejak Agustus dan akan berlanjut hingga September. Hal itu lantaran harga solar bersubsidi tidak berubah dari Rp 5.150 per liter meski harga acuannya MOPS mengalami kenaikan.

"Oh ini, sekarang ini memang sudah rugi. Ini tidak tahu harga MOPS-nya naik. Akan tetapi harga tidak berubah sampai September ya rugi," kata Bambang.

Ia menuturkan, kerugian Pertamina menjual solar bersubsidi pada Agustus masih bisa ditutupi dari keuntungan penjualan pada Januari 2016. Sementara pada September, Bambang belum ‎mengetahui karena masih menghitungnya.

"Tapi kemarin Januari masih untung. Juni rugi, Juli untung, ‎belum tahu kalau sampai Desember," tutur Bambang.

Untuk menghindari kerugian berlanjut, Bambang berharap pemerintah menaikkan harga solar bersubsidi pada awal Oktober‎ 2016. Pertamina juga telah mengusulkan untuk menaikkan harga solar.

‎"Ya naik dong. Kasih untung dong. kita namanya badan usaha dikasih untung wajar 5 persen cukup. Pengusaha SPBU juga tidak rugi," tutur Bambang. (Pew/Ahm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya