Liputan6.com, Jakarta - Harga emas berjangka menurun menjelang akhir pekan ini. Akan tetapi secara mingguan naik tipis seiring pelaku pasar mencari sinyal rencana kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve.
Kebijakan bank sentral mempengaruhi pergerakan harga emas. Bank sentral Eropa tetap mempertahankan suku bunga rendah dalam jangka panjang. Ini berbeda dengan aksi bank sentral AS untuk naikkan suku bunga.
Perbedaan arah kebijakan moneter bank sentral AS dan bank sentral lain termasuk Eropa dan Jepang tetap jadi pendorong utama pergerakan harga logam dan valuta asing.
"Pandangan kami masih untuk kenaikan suku bunga bank sentral AS pada Desember, dan membuat pergerakan harga emas dipengaruhi sentimen suku bunga lebih tinggi di AS, dan akomodasi dari Eropa dan Jepang," ujar Robert Haworth, Senior Invesment Strategist US Bank Wealth Management seperti dikutip dari laman Marketwatch, Sabtu (10/9/2016).
Advertisement
Baca Juga
Harga emas untuk pengiriman Desember turun US$ 7,10 atau 0,5 persen menjadi US$ 1.334,50 per ounce. Harga emas masih catatkan kenaikan 0,6 persen secara mingguan.
"Harga emas menguat secara mingguan melihat data ekonomi yang mengecewakan. Namun pelaku pasar kembali mempertimbangkan kenaikan suku bunga the Fed. Emas sekarang tampaknya mencerminkan kenaikan dolar AS dan kemungkinan kenaikan suku bunga AS lagi pada 2016," tambah Haworth.
Indeks dolar AS naik 0,4 persen. Penguatan dolar AS dan emas ini didorong dari pernyataan pejabat the Fed. Pimpinan the Fed dari Boston Eric Rosengren menuturkan, pihaknya ingin kenaikan suku bunga AS secepat mungkin.
"Komentar (the Fed) menghidupkan kembali volatilitas sehingga pelaku pasar mempertimbangkan kenaikan suku bunga sebelum pertemuan bank sentral AS. Nada hawkish sejalan dengan pernyataan terbaru dari pejabat bank sentral AS lainnya yang meningkatkan spekulasi kenaikan suku bunga sehingga dorong dolar AS dan bebani harga emas," ujar Ilya Spivak, Currency Strategist Daily FX.
Pimpinan the Fed lainnya Daniel Tarullo menuturkan, pihaknya ingin melihat dari bukti nyata inflasi untuk menaikkan suku bunga. Sedangkan pimpinan bank sentral AS dari Dallas Rob Kaplan menilai bank sentral AS tidak mendesak untuk menaikkan suku bunga. (Ahm/Ndw)