Hasil Debat Capres AS Tekan Harga Emas

Investor emas akan tetap fokus kepada kebijakan suku bunga Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed).

oleh Arthur Gideon diperbarui 28 Sep 2016, 06:40 WIB
Diterbitkan 28 Sep 2016, 06:40 WIB
Investor emas akan tetap fokus kepada kebijakan suku bunga Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed).
Investor emas akan tetap fokus kepada kebijakan suku bunga Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed).

Liputan6.com, New York - Harga emas turun pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Pendorong penurunan harga emas ini karena pelaku pasar melihat bahwa Donald Trump tampil kurang meyakinkan dalam debat pertama calon presiden Amerika Serikat (AS).

Mengutip Wall Street Journal, Rabu (28/9/2016), harga emas untuk pengiriman Desember ditutup turun 1 persen ke angka US$ 1.330,40 per troy ounce di Divisi Comex New York Mercantile Exchange.

Harga emas melonjak dalam beberapa hari terakhir karena pelaku pasar melihat bahwa kehadiran Donald Trump sebagai salah satu kandidat calon presiden AS akan menambah ketidakpastian.

Dalam beberapa jajak pendapat sebelumnya menyebutkan bahwa kemungkinan Trump untuk menjadi presiden hampir sama dengan Hillary Clinton. Hadirnya Trump dalam bursa calon presiden AS ini menambah ketidakpastian ekonomi global.

Namun setelah debat calon presiden pertama yang berlangsung pada Senin kemarin, sebagian besar melihat bahwa Hillary yang menang dan Trump tak berkutik membuat harga emas kembali tertekan.

"Ketegangan di pasar emas telah mereda dan sebagian besar pengamat setuju bahwa Hillary berada di atas Trump dalam duel pertama di TV kemarin," tulis Commerzbank dalam catatannya kepada para nasabah.

Selanjutnya, investor akan tetap fokus kepada kebijakan suku bunga Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed). Pada pertemuan September ini, The Fed memutuskan untuk kembali menahan suku bunga dan keputusan tersebut memberikan angin segar untuk emas.

Harga emas melonjak setelah keputusan tersebut karena komoditas logam mulia tersebut tak perlu bersaing dengan instrumen keuangan lain yang memberikan keuntungan karena kenaikan bunga. (Gdn/Ndw)

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya