BI: Hasil Pilpres AS Tak Pengaruhi Ekonomi Indonesia

Perry menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang pada triwulan III 2016 sebesar 5,02 persen dinilai masih cukup bagus.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 09 Nov 2016, 16:42 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2016, 16:42 WIB
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan, kuatnya ekonomi Indonesia untuk saat ini menjadi alasan mengapa Indonesia belum mampu digoyahkan dengan isu Pilpres.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan, kuatnya ekonomi Indonesia untuk saat ini menjadi alasan mengapa Indonesia belum mampu digoyahkan dengan isu Pilpres.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memandang hasil pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) tidak akan berdampak signifikan terhadap ekonomi Indonesia. Untuk diketahui, Calon Presiden dari Partai Republik, Donald Trump, memenangkan Pemilihan Presiden AS.

Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan, kuatnya ekonomi Indonesia untuk saat ini menjadi alasan mengapa Indonesia belum mampu digoyahkan dengan isu Pilpres.

"Secara keseluruhan memang itu (Pilpres) berdampak kepada kondisi pasar keuangan global, tapi dampaknya terhadap Indonesia itu relatif terjaga," kata Perry di Gedung Bank Indonesia, Rabu (9/11/2016).

Perry menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang pada triwulan III 2016 sebesar 5,02 persen dinilai masih cukup bagus. Angka itu diyakini Perry lebih bagus dari perkiraan Bank Indonesia, meski jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya memang melambat.

Ditambah, statemen Presiden Jokowi yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi akan lebih tinggi lagi pada triwulan IV 2016 dengan belanja pemerintah yang akan meningkat cukup signifikan.

"Dan itu tentu saja sebagai berkat bahwa confindent internasional khsususnya investor internasional terhadap kondisi ekonomi kita cukup kuat," tegas dia.

Perry mengakui, dalam beberapa hari terakhir memang nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terlihat menurun. Meski demikian, dipastikannya, pergerakan tersebut masih sesuai dengan fundamental yang ada saat ini, sehingga masih bisa diantisipasi.

"Bank Indonesia tentu saja kami akan pantau perkembangan di pasar dan kalau terjadi volatilitas atau fluktuasi yang tinggi BI tidak segan-segan untuk stabilkan kurs. Kebijakan nilai tukar kita selalu stabilkan kurs sesuai fundamental," tutup dia.

Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal III 2016 mencapai 5,02 persen (year on year). Angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan kuartal sebelumnya yang tercatat 5,18 persen (year on year).

"Sementara secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi nasional hingga kuartal III tercatat 5,04 persen," jelas Kepala BPS Suhariyanto, Senin (7/11/2016). "Sudah lumayan bagus, tapi masih harus ditingkatkan baik secara kuantitas maupun kualitas," tambah Suhariyanto.

Ada beberapa alasan mengapa pertumbuhan ekonomi nasional sedikit terkontraksi. Alasan utama adalah kondisi ekonomi dunia pada kuartal III masih belum stabil dengan tingkat pertumbuhan yang tidak merata. "Ekonomi beberapa negara mitra dagang yang sebagian besar tumbuh melambat di kuartal III," tambah dia.

Ia pun mencontohkan, pertumbuhan ekonomi China stagnan 6,7 persen. Pertumbuhan ekonomi Singapura melambat dari 2 persen menjadi 0,6 persen. Sedangkan ekonomi Korea selatan juga melambat dari 3,3 persen jadi 2,7 persen. (Yas/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya