Rupiah Kembali Tertekan, Sempat Sentuh Level 13.585 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sangat bergejolak pada perdagangan di awal pekan ini.

oleh Arthur Gideon diperbarui 14 Nov 2016, 12:21 WIB
Diterbitkan 14 Nov 2016, 12:21 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sangat bergejolak pada perdagangan di awal pekan ini. Sentimen dari luar masih menjadi penyebab bergejolaknya rupiah.

Mengutip Bloomberg, Senin (14/11/2016), rupiah dibuka di angka 13.364 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.383 per dolar AS.

Namun sesaat setelah itu, rupiah langsung anjlok ke level 13.573 per dolar AS. pada pukul 12.00 WIB, rupiah mampu kembali menguat ke level 13.335 per dolar AS.

Dari pagi hingga siang hari gerak rupiah sangat berfluktuasi dengan rentang 13.301 per dolar AS hingga 13.585 per dolar AS. Jika dihitung sejak awal tahun, rupiah masih menguat 3,21 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.358 per dolar AS, lememah tipis jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.350 per dolar AS.

Dolar AS terus menguat terhadap beberapa mata uang utama lainnya. Hal tersebut setelah presiden terpilih AS Donald Trump mengungkapkan bahwa dirinya akan terus memacu pertumbuhan ekonomi.

Dengan pertumbuhan ekonomi yang yang tinggi akan mendorong Bank Sentral AS untuk menaikkan suku bunga acuan. "Dolar AS menguat bersama dengan kenaikan imbal hasil obligasi AS yang mencerminkan harapan akan ekspansi ekonomi dan belanja fiskal," jelas Analis Nomura Holdings Inc, Tokyo, Yunosuke Ikeda.

Sedangkan dari dalam negeri, Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta menjelaskan, ketidakpastian global meningkat ketika pertumbuhan PDB Indonesia diumumkan melambat. Hal tersebut menekan rupiah.

"Itu sudah cukup untuk memicu pelemahan rupiah dan IHSG yang tertular oleh pelemahan tajam harga SUN yang hampir 40 persen kepemilikannya dikuasai oleh investor asing," jelas dia. (Gdn/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya