Ini Industri yang Paling Terpukul dengan Pelemahan Rupiah

Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjadi tantangan sendiri bagi industri dalam negeri.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 16 Nov 2016, 11:37 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2016, 11:37 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjadi tantangan sendiri bagi industri dalam negeri. Terlebih, bagi industri yang masih bergantung dengan barang impor.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menerangkan, pelemahan rupiah akan menekan beberapa industri dalam negeri. Pasalnya, beban biaya dari impor akan meningkat. Secara khusus, pelemahan rupiah akan menekan industri yang bergerak di bidang elektronik.

"Yang pasti dalam negeri yang terkait komponen impor, eletronik kita, meski industri di sini tapi suku cadangannya impor langsung terkait," kata dia kepada Liputan6.com di Jakarta, Rabu (16/11/2016).

Enny melanjutkan, komponen impor dari sektor elektronika masih tinggi. "Yang cukup signifikan barang elektronik karena konten impornya masih cukup tinggi," kata dia.

Ada hal yang diperlu diwaspadai terkait dengan pelemahan rupiah serta kenaikan harga barang dari meningkat biaya importasi. Dia menuturkan, kondisi itu juga akan berisiko terhadap kenaikan inflasi karena kenaikan harga memberikan efek psikologi pasar.

"Dan yang terkait dolar ikut-ikutan, itu kan efek seperti naiknya harga cabai yang nggak cabai juga ikut naik, itu faktor psikologis," tandas dia.

Berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.347 per dolar AS pada perdagangan Rabu (16/11/2016).

Patokan pada hari ini turun atau melemah jika dibandingkan dengan patokan pada hari sebelumnya. Selasa 15 November kemarin, nilai tukar berdasarkan Jisdor berada di angka 13.338 per dolar AS. (Amd/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya