Liputan6.com, Jakarta - Penutupan pabrik PT Sanyo Energi Batam bukan akhir dari masa depan Batam sebagai salah satu kawasan surga investasi di Indonesia. Kini, perusahaan asal Australia, PT Blackmagic Design Manufacturing (BDM) menanamkan investasi di Batam, khususnya berlokasi di Kawasan Industri Batamindo
Manager Admin dan General Affair PT Batamindo Investment Cakrawala, Tjaw Hioeng‎ mengatakan, BDM adalah perusahaan asal Australia yang pertama di Batam dalam memanfaatkan fasilitas layanan Izin Investasi 3 Jam (I23J) yang telah diluncurkan Badan Pengusahaan (BP) Batam.
"Total investasi BDM di Batam sebesar US$ 4 juta, sehingga berhak untuk menikmati fasilitas I23J. Waktu pengurusan izin kurang lebih 3 jam dan BP Batam berhasil mengeluarkan 8 izin yang dapat membantu Penanaman Modal Asing (PMA) itu dalam proses perizinan tahap selanjutnya," kata Tjaw saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Kamis (17/11/2016).
Blackmagic Desain Manufacturing adalah perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang usaha industri peralatan perekam, penerima, dan pengganda audio serta video. Peralatan ini biasa digunakan untuk memproduksi peralatan film dan penyiaran.
Baca Juga
Tjaw menuturkan, BDM berinvestasi di Kawasan Industri Batamindo karena sudah tersedia seluruh infrastruktur dasar maupun penunjang yang dapat mendukung kegiatan bisnisnya. Infrastruktur ini terdiri dari sumber daya listrik, air, jaringan komunikasi telepon maupun internet.
"Jadi bisa bantu perusahaan ini dengan waktu sesingkat-singkatnya untuk beroperasi. Apalagi dukungan BP Batam sangat cepat dalam pengeluaran izin usaha," dia menjelaskan.
Di Kawasan Industri Batamindo, kini ada dua perusahaan asal Negeri Kangguru, yakni PT Ronstan International bidang usaha sailboat manufacturing, dan yang kedua adalah BDM. Investasi BDM akan menyerap tenaga kerja lokal dan terampil sekitar 200 orang.
Tjaw menegaskan, BDM dalam waktu dekat akan menjalankan proses produksi karena bangunan sudah siap sehingga perusahaan tinggal merenovasi sedikit dan pengiriman capital machinery untuk proses produksi. "Kami perkirakan dalam satu 1-2 bulan ini, BDM akan berproduksi dan komersial," ujar Tjaw.
Di sisi lain, ‎pemerintah sedang berupaya menyelesaikan masalah yang terjadi di Kawasan Pelabuhan Bebas dan Perdagangan Bebas (KPBPB) Batam untuk memperbaiki iklim investasi di kota tersebut.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian sekaligus Ketua Dewan KPBPB Batam, Darmin Nasution menegaskan, pemerintah akan mencari penyelesaian dari situasi yang kurang kondusif supaya Batam kembali menjadi destinasi investasi.
"Kita cari solusi yang bisa menguntungkan bagi semua pemangku kepentingan, baik masyarakat maupun investor," ungkap Mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) itu.
Menurut Darmin, Batam merupakan kawasan yang betul-betul dirancang untuk menjadi simbol pengembangan wilayah di Indonesia sejak 45 tahun lalu. “Batam merupakan contoh tidak hanya di Indonesia, tapi juga untuk ASEAN bahkan Asia Timur," ucap dia.
Menanggapi penolakan dari kalangan dunia usaha terkait kenaikan tarif uang wajib tahunan otorita (UWTO) atau tarif sewa lahan, Darmin mengatakan pemerintah akan mempelajari kembali termasuk mengajak dialog beberapa pihak terkait kebijakan tersebut.
Kenaikan UWTO ini berdasarkan hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada 2013 yang menyatakan tarif UWTO perlu penyesuaian.
"Kita akan pelajari kembali itu. Kita sepakat prinsipnya untuk investasi, tanah adalah faktor yang mestinya murah. Ini sudah berlarut-larut hingga puluhan tahun. Banyak sekali persoalan yang perlu diselesaikan," tutur Darmin.
Untuk itu pelaksanaan tarif sewa lahan akan diberlakukan setelah kajian selesai. Ihwal tuntutan dunia usaha untuk mencabut Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 148 Tahun 2016 tentang penyesuaian tarif baru sewa lahan di Batam, Darmin menyatakan akan membicarakannya bersama Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani.
"Kita akan selesaikan ini demi memajukan Batam. Memang tidak bisa sekaligus semuanya tapi kita akan segera selesaikan," ujar Darmin. (Fik/Ahm)
Advertisement