Liputan6.com, London - Keputusan Inggris untuk keluar dari Uni Eropa atau Brexit nampaknya memberikan pengaruh signifikan bagi pendapatan masyarakatnya. Hasil survei yang dilakukan oleh Credit Suisse Research Institute mengungkapkan keputusan ini merugikan aset Inggris hingga US$ 1,5 triliun. Alhasil, sebanyak 400 ribu orang pun kehilangan statusnya sebagai orang kaya.
Dilansir dari Business Insider, Rabu (23/11/2016), laporan tahunan tersebut memperlihatkan turunnya kekayaan rumah tangga akibat Brexit. Hal tersebut dipacu dari nilai pound sterling jatuh terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ke level terendah selama 31 tahun terakhir.
Advertisement
Baca Juga
"Sejak Brexit, kekayaan rumah tangga Inggris merosot US$ 1,5 triliun. Sementara kekayaan orang dewasa menurun US$ 33 ribu ke angka US$ 289 ribu di Bulan Juni. Nyatanya 406 ribu orang Inggris kini bukan lagi seorang miliuner," tutur Chief Investment Officer di Credit Suisse, Michael O' Sullivan.
Mata uang negara yang melemah terhadap dolar AS memberikan pengaruh signifikan terhadap aset kekayaan negaranya. Laporan tersebut menyebutkan, Inggris merupakan negara dengan perekonomian besar yang kehilangan aset terbanyak di tahun 2016.
Selain Inggris, China juga merupakan negara yang kehilangan aset paling besar di 2016. Hal ini disebabkan devaluasi mata uang Yuan yang terus menerus.
Namun, walau menjadi negara dengan penurunan aset terbanyak di 2016, Inggris menduduki peringkat ketiga sebagai negara dengan pendapatan penduduk terbanyak. Rata-rata penduduk Inggris memiliki aset kekayaan US$ 288 ribu.