Liputan6.com, Jakarta Calon dari partai Republik Donald Trump sementara unggul dalam penghitungan pemilihan Presiden Amerika Serikat. Pasar langsung merespons hal ini.
Di pasar komoditas minyak, unggulnya Trump dalam penghitungan sementara membuat harga jatuh.
Baca Juga
Dilansir dari Reuters, Rabu (9/11/2016), pasar seperti mengalami deja vu atas kejadian keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau lebih dikenal dengan istilah Britain Exit (Brexit).
Advertisement
Pasar tak memperkirakan Inggris keluar dari Uni Eropa, namun hasil pemungutan suara berkata lain. Inggris akhirnya bercerai dari Uni Eropa. Trump mengejutkan pasra dengan mengungguli calon dari Partai Demokrat Hillary Clinton, dan jalan Trump ke Gedung Putih semakin dekat.
Salah satu dampaknya adalah turunnya harga minyak dunia maupun harga minyak Amerika Serikat.
Minyak mentah Amerika Serikat West Texas Intermediate (WTI) berjangka anjlok ke level US$ 43,07 per barel. Turun sekitar 4 persen dari penutupan terakhir, atau level paling rendah sejak September, sebelum kembali ke level US$ 43,68 per barel.
Sementara harga minyak acuan dunia, Brent turun 2,5 persen ke level US$ 44,87 per barel.
"ini dejavu dari peristiwa Brexit, sangat mengkhawatirkan," ujar Presiden Sumitomo Global Research di Tojyo, Bob Takai.
Wakil Presiden Perusahaan Riset FXTM Jameel Ahmad menambahkan kemenangan Trump bisa berdampak buruk bagi harga minyak.
"Kemenangan Trump bisa memberikan dampak negatif bagi harga minyak," tuturnya.
Dolar juga melemah dibandingkan beberapa mata uang lain, menyusul unggulnya Trump dari Hillary.