Liputan6.com, Jakarta Pimpinan perusahaan iklan besar di Jepang Dentsu mengundurkan diri usai salah seorang karyawannya melakukan aksi bunuh diri, terkait dengan budaya perusahaan yang menerapkan kebijakan lembur yang sangat panjang.
Mengutip laman CNN, Selasa (10/1/2017), Presiden dan CEO Dentsu Tadashi Ishii mengajukan pengunduran diri pada pertemuan dewan yang berlangsung di Januari ini.
Dentsu, yang mempekerjakan 47 ribu orang dan beroperasi di 140 negara, tengah menjadi sorotan menyusul langkah bunuh diri seorang karyawan pada Hari Natal tahun 2015.
Pembuat kebijakan di Jepang menemukan seorang pekerja wanita Dentsu, Matsuri Takahashi, terpaksa bekerja dengan jam kerja yang terlalu panjang. Beban kerja ini yang ditengarai menyebabkannya melakukan bunuh diri.
Takahashi harus bekerja hingga 105 jam kerja di bulan menjelang kematiannya, yang menjadi hasil temuan pihak berwenang.
Pengunduran diri Ishii muncul setelah penyidik ​​menggerebek kantor Dentsu. Departemen Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang telah melimpahkan kasus ini ke jaksa.
"Kami sangat menyesal gagal untuk mencegah terlalu banyak pekerjaan yang harus dilakukan pekerja baru," kata Ishii saat konferensi pers.
"Saya menawarkan permintaan maaf yang tulus kepada keluarga yang ditinggalkan dan masyarakat," dia menambahkan.
Jepang memang dikenal dengan para pekerja kantor yang harus bekerja sangat keras. Dianggap menjadi tulang punggung perekonomian Jepang, karyawan diharapkan untuk selalu menempatkan perusahaan pertama dalam hidupnya. Usai jam kerja, para pekerja sering diikuti dengan sesi minum bersama dengan rekan dan klien.
Kematian yang disebabkan kelelahan bekerja merupakan hal yang sangat umum di Jepang, yang dikenal dengan istilah karoshi.
Advertisement
Menurut data pemerintah, sekitar 2.000 orang meninggal dunia setiap tahun dengan cara bunuh diri karena terlalu banyak bekerja.
Â