Menkeu: Jangan Hanya Puas dengan Pertumbuhan Ekonomi Tinggi

Tingkat kemiskinan Indonesia menurun secara konstan selama 10 tahun ini.

oleh Septian Deny diperbarui 10 Jan 2017, 19:11 WIB
Diterbitkan 10 Jan 2017, 19:11 WIB
20170110-Sri-Mulyani-AY1
Sri Mulyani saat memberi arahan dalam Rapat Kerja Nasional Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (10/1). Menurut Sri Mulyani, naiknya pertumbuhan China memberikan dampak positif terhadap perekonomian dunia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan tingkat kemiskinan Indonesia terus mengalami penurunan dalam 10 tahun terakhir. Namun sayangnya penurunan tersebut semakin lama semakin melambat.

Sri Mulyani mengatakan, tingkat ‎kemiskinan menjadi salah satu indikator utama menuju masyarakat yang adil dan makmur. Indikator lain yaitu soal ketimpangan dan pengangguran.

"Indikator untuk menuju masyarakat adil dan makmur adalah kemiskinan, ketimpangan, dan pengangguran. Gini ratio kita 0,4 dan agak menurun ke 0,39. Itu artinya ada indikator sebagian besar bahwa ekonomi dinikmati oleh sebagian kecil dari masyarakat," ujar dia di Kantor Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Jakarta, Selasa (10/1/2017).

Dulu setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi mampu berdampak besar pada penurunan tingkat kemiskinan nasional. Namun belakangan ini, pertumbuhan ekonomi tidak berdampak besar pada kemiskinan.

"Tingkat kemiskinan Indonesia menurun secara konstan selama 10 tahun ini, tetapi akselerasinya makin lama makin landai. Ini menggambarkan kemampuan kita dalam mendesain ekonomi untuk menurunakan kemiskinan harus meningkat. Setiap 1 persen pertumbuhan harus lebih bisa mengurangi kemiskinan," kata dia.

Oleh sebab itu lanjut Sri Mulyani, jangan pernah puas dengan pertumbuhan ekonomi yang baik. Sebab pertumbuhan ekonomi juga harus dirasakan oleh masyarakat kecil dalam bentuk penurunan tingkat kemiskinan.

"Suatu ekonomi yang didesain dengan pertumbuhan yang tidak inklusif bisa saja pertumbuhan ekonomi tinggi namun kemiskinan stagnan, kesenjangan makin timpang. Kita tak bisa berpuas diri pada pertumbuhan ekonomi yang baik. Kita harus terus bertanya apakah kualitas pertumbuhan bisa menjawab tantangan," tandas dia. (Dny/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya