Tanpa Kebijakan Ekstrem Trump, Ekonomi RI Tumbuh 5,3 Persen

Ekonom menilai ketidakpastian makin tinggi dengan rencana kebijakan ekonomi presiden AS Donald Trump.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 23 Jan 2017, 17:24 WIB
Diterbitkan 23 Jan 2017, 17:24 WIB
Donald Trump Keluarkan Perintah Eksekutif, AS Keluar dari TPP
Donald Trump Keluarkan Perintah Eksekutif, AS Keluar dari TPP (SAUL LOEB / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Seluruh dunia sedang menunggu realisasi kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump yang disebut-sebut mengarah pada proteksionis. Dengan kondisi ketidakpastian tersebut, ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh 5,3 persen di 2017.

Senior Ekonom dari Standard Chartered Bank, Aldian Taloputra menyampaikan hal itu saat Global Research Briefing 2017 di Hotel Shangrila, Jakarta, Senin (23/1/2017).

"Kalau saya lihat Trump butuh waktu untuk menerapkan kebijakan ekspansif dan ekstrem. Ketidakpastian makin tinggi karena dia bisa ngomong apa saja, tapi saya rasa pasar sudah adjust," ucap dia.

Aldian memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih tinggi pada tahun ini sekitar 5,3 persen. Sementara realisasi pertumbuhan ekonomi tahun lalu mencapai 5,1 persen.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi akan lebih cepat di 2017 sekitar 5,3 persen," ujar dia.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut, dia menuturkan akan ditopang dari permintaan atau konsumsi domestik. Kenaikan harga komoditas berpotensi terus berlanjut di tahun ini.

"Yang menolong adalah ekspor yang berhubungan dengan komoditas, terutama harga minyak dunia. Daya beli masyarakat dan belanja pemerintah akan lebih positif karena penerimaan dari komoditas juga meningkat," jelas Aldian

Ia menuturkan, belanja infrastruktur masih menjadi prioritas pemerintah. Lebih lanjut ia menuturkan, penerimaan pajak diperkirakan mampu dicapai pemerintah meski targetnya tinggi. Sedangkan investasi swasta masih relatif terbatas.

"Asumsi 5,3 persen itu mempertimbangkan kebijakan Trump yang light. Kita tidak memasukkan adanya perang dagang yang tajam sekali, karena asumsinya Trump akan menerapkan kebijakan proteksionis tapi tidak seektrem itu," ujar dia.
    

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya