Investasi Turun, Sektor Migas Tak Bisa Serap Tenaga Kerja

Banyak tenaga profesional di sektor migas yang beralih profesi seiring berkurangnya kegiatan investasi.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 21 Mei 2017, 08:03 WIB
Diterbitkan 21 Mei 2017, 08:03 WIB
Banyak tenaga profesional di sektor migas yang beralih profesi seiring berkurangnya kegiatan investasi.
Banyak tenaga profesional di sektor migas yang beralih profesi seiring berkurangnya kegiatan investasi.

Liputan6.com, Jakarta - Menurunnya investasi pada kegiatan pencarian minyak dan gas bumi (migas) atau sektor hulu yang terjadi dalam dua tahun terakhir berdampak pada penyerapan tenaga kerja pada sektor tersebut. Bahkan jumlah pekerja aktif pun mengalami penurunan.

Indonesian Petroleum Association (IPA) Board Director Tenny Wibowo, mengatakan, penurunan harga minyak dunia membuat perusahaan melakukan efisiensi, mengurangi kegiatan eksplorasi dan produksi. Langkah perusahaan tersebut tentu berakibat pada penurunan investasi pada kegiatan hulu migas‎.

Hal tersebut merupakan pilihan sulit yang dilakukan perusahaan. Dalam situasi seperti saat ini, perusahaan dihadapkan dengan pilihan antara menghentikan operasi sementara atau mengurangi sebagian tenaga kerja. “Padahal sekitar 95-98 persen tenaga kerja di sektor migas merupakan tenaga kerja lokal,” kata Tenny, seperti ditulis Minggu (21/5/2017).

Menurutnya, berkurangnya jumlah tenaga kerja di sektor migas ini bisa berdampak panjang, terutama dalam penyediaan tenaga ahli di bidang ini di masa depan. Ketika aktivitas bisnis kembali naik, maka industri akan kehilangan ketersediaan tenaga kerja yang berkualitas.

"Ini disebabkan banyak tenaga kerja yang beralih profesi ke bidang-bidang di luar sektor migas," ucap Tenny.

Ketua Ikatan Ahli Teknik Perminyakan (IATMI), Tutuka Ariadji, mengakui banyak tenaga profesional di sektor migas yang beralih profesi seiring berkurangnya kegiatan investasi. Banyak di antara mereka yang kini bekerja di sektor lain, seperti perbankan, asuransi, atau lembaga profesi yang tidak digaji.

“Karyawan yang berhenti angkanya berbeda-beda di setiap perusahaan, ada yang 10 persen atau lebih dari itu,” ucap Tutuka.

Situasi ini, lanjut Tutuka, juga berimbas kepada para sarjana lulusan di bidang yang terkait dengan industri migas, seperti teknik perminyakan, teknik geofisika, teknik geologi, dan teknik pertambangan. Minimnya ketersediaan lapangan kerja di sektor ini membuat masa tunggu untuk mendapatkan pekerjaan menjadi lebih lama.

Jika sebelumnya waktu tunggu lulusan hanya beberapa bulan, sekarang perlu waktu 1-2 tahun untuk mendapatkan pekerjaan. “Saat ini 30 persen dari lulusan universitas masih menunggu untuk mendapatkan pekerjaan mereka,” tutupnya.

Berdasarkan data Indonesian Petroleum Association (IPA), investasi pada sektor hulu migas Indonesia pada 2016 menurun 26 persen dibanding 2015, dari US$ 15,34 miliar menjadi US$ 11,15 miliar. (Pew/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya