Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik lebih dari satu persen pada perdagangan Rabu didorong oleh penurunan produksi AS. Kenaikan harga minyak tersebut mengabaikan data bertambahnya persediaan minyak dunia.
Mengutip Reuters, Kamis (29/6/2017), harga minyak Brent yang merupakan patokan harga dunia, naik 66 sen atau 1,4 persen dan berakhir di level US$ 47,31 per barel.
Sementara, minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) naik 50 sen atau 1,1 persen dan menetap di level US$ 44,74 per barel.
Advertisement
Baca Juga
Harga tersebut merupakan harga penutupan tertinggi sejak 16 Juni. Keduanya naik di atas 5 persen sejak 21 Juni saat Brent turun ke level terendah tujuh bulan di US$ 44,35 per barel dan WTI jatuh ke level terendah 10 bulan di US$ 42,05 per barel.
Kenaikan harga minyak ini didorong oleh data yang dikeluarkan oleh The U.S. Energy Information Administration (EIA) yang menyatakan bahwa stok minyak mentah naik 118 ribu barel pada pekan lalu. Sementara produksi mingguan turun 100 ribu barel per hari menjadi 9,3 juta barel per hari.
Dalam perdagangan Rabu, investor tidak terlalu melihat data stok, tetapi lebih memperhatikan data produksi mingguan yang turun tersebut. Alasannya, penurunan tersebut merupakan penurunan terbesar mingguan sejak Juli 2016.
"Paling menarik adalah produksi minyak mentah turun dan merupakan penurunan yang signifikan, mengingat kenaikan pada pekan-pekan sebelumnya," jelas President Lipow Oil Associates, Houston, AS, Andrew Lipow.
Analis lain mencatat bahwa penurunan produksi AS pada pekan lalu hanya sementara karena adanya gangguan produksi akibat cuaca. Yakni, terjadinya badai di Teluk Meksiko dan ada beberapa kilang sedang dalam perbaikan di Alaska.
Oleh karena itu, beberapa analis lain melihat bahwa penurunan produksi ini hanya terjadi pada pekan ini sehingga akan kembali naik saat gangguan tersebut telah hilang. Dampak selanjutnya adalah harga minyak bakal kembali tertekan.Â
Tonton Video Menarik Berikut Ini: