Menkeu Ajukan Tambahan Utang Rp 76,6 Triliun di RAPBNP 2017

Utang selain untuk menambal defisit anggaran, juga digunakan untuk pembiayaan investasi sebesar Rp 59,7 triliun.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 07 Jul 2017, 14:51 WIB
Diterbitkan 07 Jul 2017, 14:51 WIB
Utang selain untuk menambal defisit anggaran, juga digunakan untuk pembiayaan investasi.
Utang selain untuk menambal defisit anggaran, juga digunakan untuk pembiayaan investasi.

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah mengajukan usulan penambahan utang hingga Rp 76,6 triliun dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) 2017. Pinjaman tersebut akan digunakan untuk menutup defisit fiskal yang diperkirakan menyentuh Rp 397,2 triliun atau 2,92 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Dikutip dari data Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (7/7/2017), dengan proyeksi pendapatan negara sebesar Rp 1.714,1 triliun dan belanja negara mencapai Rp 2.111,4 triliun atau lebih tinggi, akan ada defisit fiskal sebesar Rp 397,2 triliun atau 2,92 persen dari PDB di RAPBN-P 2017.

Defisit tersebut meningkat dibanding APBN Induk 2017 yang sebelumnya dipatok Rp 330,2 triliun atau 2,41 persen terhadap PDB. Itu artinya kenaikan nilai defisit fiskal sebesar Rp 67 triliun di RAPBN-P 2017.

Sementara dalam outlook-nya atau skenario lain, pemerintah memprediksi defisit anggaran hingga akhir tahun ini sebesar Rp 362,9 triliun atau 2,67 persen terhadap PDB.

Proyeksi tersebut berasal dari outlook penerimaan negara Rp 1.714,1 triliun dan belanja negara Rp 2.077 triliun. Jika merujuk pada prediksi dalam outlook, maka defisit fiskal melebar dengan nilai Rp 32,7 triliun.

Pelebaran defisit anggaran di RAPBN-P 2017 tentu mengerek kebutuhan pembiayaan anggaran antara prediksi RAPBN-P 2017 dan outlook dengan perkiraan masing-masing Rp 397,2 triliun dan Rp 362,9 triliun.

Pembiayaan anggaran ini bakal dipenuhi dari utang. Dalam RAPBN-P 2017 dengan defisit 2,92 persen, pemerintah mengajukan usulan penambahan utang sebesar Rp 76,6 triliun menjadi Rp 461,3 triliun dibanding target APBN sebesar Rp 384,7 triliun.

Sementara untuk outlook defisit 2,67 persen dari PDB, penambahan utang diperkirakan lebih rendah dengan kenaikan sebesar Rp 42,3 triliun menjadi Rp 427 triliun dari APBN Induk.

Pembiayaan utang berasal dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) Netto sebesar Rp 467,3 triliun atau naik Rp 67,3 triliun dibanding APBN Induk sebesar Rp 400 triliun. Pada outlook-nya, penerbitan SBN bakal meningkat sebesar Rp 33 triliun. Pembiayaan lainnya sebesar Rp 300 miliar.  

"Kita akan menerbitkan SBN dengan prinsip kehati-hatian dan melihat kondisi pasar yang dinamis," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution.

Pembiayaan utang selain untuk menambal defisit, juga digunakan untuk pembiayaan investasi sebesar Rp 59,7 triliun, pemberian pinjaman sebesar Rp 3,7 triliun, membayar kewajiban penjaminan sebesar Rp 1 triliun.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya