Sebelum Akhir Tahun, Harga Minyak Bisa Capai US$ 60 per Barel

Kenaikan harga minyak didorong oleh permintaan dari negara-negara berkembang seperti China dan India.

oleh Arthur Gideon diperbarui 10 Jul 2017, 06:00 WIB
Diterbitkan 10 Jul 2017, 06:00 WIB
Kenaikan harga minyak didorong oleh permintaan dari negara-negara berkembang seperti China dan India.
Kenaikan harga minyak didorong oleh permintaan dari negara-negara berkembang seperti China dan India.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak bisa mencapai level US$ 60 per barel pada tahun ini jika permintaan akan minyak mentah terus meningkat dan pengurangan produksi oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) terus berjalan.

Dilangsir Reuters Senin (10/7/2017), berdasarkan laporan dari Barron yang mengutip penelitian analis energi senior Citigroup Eric Lee, penurunan harga minyak dalam beberapa pekan terakhir hingga mencapai kisaran US$ 44 per barel merupakan pelemahan jangka pendek.

Harga minyak akan kembali naik secara perlahan seiring dengan perbaikan perekonomian beberapa negara sehingga meningkatkan permintaan akan minyak mentah. Lee memproyeksikan permintaan akan minyak mentah di kisaran 97,3 juta barel per hari. Angka tersebut cukup tinggi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang ada di angka 96 juta barel per hari.

Lee merupakan analis energi yang sebagian besar penelitian selalu mendekati kenyataan. Pada tiga tahun lalu atau saat harga minyak melampaui angka US$ 100 per barel, ia menyatakan bahwa harga minyak akan tertekan dalam karena harga pasar tidak mencerminkan permintaan.

Lee melanjutkan, kenaikan harga minyak saat ini ke level US$ 60 per barel akan didorong oleh permintaan dari negara-negara berkembang seperti China dan India. Seiring dengan itu, pengurangan pasokan oleh OPEC sekitar 0,7 juta barel per hari mendorong harga minyak hingga ke level US$ 60 per barel sebelum akhir kuartal keempat 2017.

Untuk diketahui, pada perdagangan Jumat lalu harga minyak anjlok hingga tiga persen seiring kenaikan produksi minyak Amerika Serikat (AS) dan ekspor OPEC meningkat.

"Kekhawatiran mengenai pasokan berlanjut," ujar Matt Smitch, Direktur Clipperdata. Dia melanjutkan, ekspor OPEC naik 2 juta barel per hari, dan ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan 2016. Angka ini juga di atas dari kesepakatan memangkas produksi minyak di antara negara OPEC mencapai 1,8 juta barel per hari.

"Kami melihat ekspor bulan lalu dari OPEC lebih kuat dari April dan Mei. Kelihatannya hal ini berbeda dengan kesepakatan pemangkasan produksi minyak OPEC," ujar Smith.

Harga minyak Brent turun US$ 1,4 atau 2,9 persen ke level US$ 46,71 per barel, usai sentuh level terendah US$ 46,28. Harga minyak Amerika Serikat West Texas Intermediate (WTI) merosot US$ 1,29 atau 2,89 persen ke level US$ 44,23 per barel. Selama sepekan, harga minyak Brent turun 2,5 persen dan harga minyak WTI tergelincir 3,9 persen.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya