Mentan: Kami Cabut Subsidi Benih Rp 1 Triliun

Tercatat, tahun 2015 hanya 5 persen subsidi benih yang terserap. Itu berarti hanya 2 persen petani saja yang menikmati subsidi benih.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 06 Agu 2017, 09:12 WIB
Diterbitkan 06 Agu 2017, 09:12 WIB
Mentan Andi Amran Bahas Subsidi Pupuk Bareng KPK-Jakarta- Helmi Afandi-20170224
Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman usai berdiskusi dengan Pimpinan KPK, Jakarta, Jumat (24/2). Pertemuan tersebut membahas tatakelola pangan sebagai sektor strategis yang menjadi salah satu prioritas KPK. (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Pertanian Amran Sulaiman telah memutuskan untuk mencabut subsidi benih. Pasalnya, realisasi subsidi benih minim. Tercatat, tahun 2015 hanya 5 persen subsidi benih yang terserap. Itu berarti hanya 2 persen petani saja yang menikmati subsidi benih.

Gantinya, Amran mengatakan, Kementerian Pertanian mengganti subsidi benih menjadi pembagian benih gratis untuk beberapa komoditas.

"Kami cabut subsidi benih Rp 1 triliun, diganti menjadi pembagian benih unggul gratis yang diberikan secara langsung seperti benih padi, cabai, jagung kepada seluruh petani di Indonesia," jelas dia dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Minggu (6/8/2017).

Dia bilang, dari kebijakan itu Indonesia kini tak impor jagung. Beda dibanding tahun-tahun sebelumnya di mana tiap bulan Agustus impor jagung sebesar 2 juta ton.

"Ini merupakan kerjasama dari semua pihak, kita sepakat kalau negeri ini tidak butuh, jangan impor, kasihan petani," ujar dia.

Amran ingin supaya petani untung. Menurutnya, jika petani untung maka Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tidak diperlukan lagi.

"Kami minta hasil produksi dibeli semahal-mahalnya dari petani, tetapi dijual semurah-murahnya untuk konsumen," sambung dia.

Sementara, dia menuturkan, pada Juli ini target luas tanam 1 juta ha per bulan telah tercapai atau lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya 500 ribu ha per bulan. Jumlah ini diharapkan juga dapat dicapai pada bulan Agustus dan September untuk menjaga kestabilan harga.

"Kalau tanam 1 juta ha dikalikan dengan jumlah produksi 6 juta ton per ha GKG, maka akan menghasilkan 3 juta ton beras bahkan surplus 400 ribu ton," tandas dia.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya