RI Harus Tarik Investasi Rp 799 T agar Ekonomi Tumbuh 5,4 Persen

Sri Mulyani menuturkan ada beberapa syarat utama untuk bisa mewujudkan target pertumbuhan ekonomi 5,4 persen.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 11 Sep 2017, 17:15 WIB
Diterbitkan 11 Sep 2017, 17:15 WIB
Ilustrasi pertumbuhan Ekonomi
Ilustrasi pertumbuhan Ekonomi

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2018. Untuk menggapai target tersebut membutuhkan kerja keras, di antaranya menarik investasi sebesar Rp 799 triliun dan penyaluran kredit harus mencapai Rp 483 triliun.  

"Target pertumbuhan ekonomi 5,4 persen di 2018 bisa dipandang optimistis. Tapi memang target ini butuh extra effort, banyak yang harus dilakukan pemerintah dan pihak swasta, serta lainnya supaya situasi makin kondusif," jelas dia di Gedung DPR, Jakarta, Senin (11/9/2017).

Kunci mencapai pertumbuhan ekonomi 5,4 persen pada tahun depan, diakui Sri Mulyani, pertumbuhan konsumsi rumah tangga harus di atas 5 persen, yakni targetnya 5,1 persen. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi diharapkan tumbuh 6,3 persen.

"Dibanding outlook sampai akhir tahun ini 5,17 persen, target 5,4 persen di 2018 kenaikannya memang signifikan. Tantangannya menggerakkan investasi yang berasal dari pemerintah, BUMN, pasar modal, perbankan, penanaman modal dari dalam maupun luar negeri, serta korporasi," dia menjelaskan.

Selain konsumsi dan PMTB, Sri Mulyani menuturkan ada beberapa syarat utama untuk bisa mewujudkan target pertumbuhan ekonomi 5,4 persen. Pertama, pertumbuhan kredit. Penyaluran kredit di tahun depan perlu mencapai Rp 483 triliun atau naik dibanding tahun ini yang diperkirakan Rp 370 triliun demi mencapai target pertumbuhan ekonomi 5,2 persen.

Kedua, investasi dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Menteri Keuangan akan tetap berkoordinasi dengan Menteri BUMN, Rini Soemarno agar perusahaan pelat merah mampu mengoptimalkan neraca keuangannya untuk ekspansi guna mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi.

"Ketiga di pasar modal, list dari perusahaan yang akan listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan yang melakukan rights issue diharapkan dapat mendorong investasi di pasar modal dengan kontribusi mencapai Rp 855 triliun di 2018," harap Sri Mulyani.

Terakhir dari Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), lanjutnya, diharapkan mampu berkontribusi terhadap belanja modal sebesar Rp 799 triliun. Kinerja pertumbuhan PMA dan PMDN di 2015-2017 mencapai share 14,5 persen atau tumbuh kuat dengan upaya pemerintah menjaga iklim investasi.

"Jadi 5,4 persen di 2018 masih bisa dicapai, tapi perlu kerja keras. Pertumbuhan kredit harus mencapai 13-15 persen, pasar modal dengan perusahaan yang Innitial Public Offering (IPO) tumbuh 10-15 persen, capex BUMN Rp 523 triliun, serta PMA dan PMDN yang harus tumbuh sekurang-kurangnya 17-19 persen. Itu prasyarat untuk mencapai 5,4 persen di 2018," pungkas Sri Mulyani.

 

 

Penurunan Suku Bunga Acuan Bakal Dongkrak Investasi

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyatakan, turunnya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate), akan mendongkrak peningkatan investasi.

Darmin mengatakan, ‎penurunan suku bunga acuan 7-Days Reverse Repo Rate dari 4,75 menjadi 4,5 persen, akan membuat likuiditas perbankan bertambah dan penurunan suku bunga bank.

"Hubungannya dengan likuiditas bank, kalau BI rate diturunkan itu akan mendorong likuiditas bertambah tingkat bunga turun, mungkin tidak segera satu banding satu tapi arahnya begitu," kata Darmin, usai menghadiri acara infrastruktur dalam foto, di kawasan Monumen ‎Nasional (Monas), Jakarta, Minggu (27/8/2017).

Menurut Darmin, dampak dari penurunan suku bunga acuan tersebut adalah meningkatnya investasi dan konsumsi, karena orang akan ‎melepas uangnya untuk menanamkan modal.

"Kalau dia terjadi yang pertama terpengaruh investasi akan naik, tetapi konsumsi juga akan berpengaruh, artinya dengan tingkat bunga yang rendah, orang tidak terlalu berat melepas uangnya ketimbang nyimpan tapi dibelanjakan," papar Darmin.

Darmin menilai, keputusan BI menurunkan suku bunga acuan disebabkan oleh terkendalinya inflasi. Dia pun mengapresiasi langkah BI karena menunjukan pro pertumbuhan.‎

"Sebenarnya tingkat bunga turun karena inflasi terkendali, karena terkendali‎ ada ruang untuk menurunkan tingkat bunga dan kita apresiasi BI. Melakukan itu, itu berarti lebih pro pada pertumbuhan," tutup Darmin.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya