Liputan6.com, Jakarta - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) meminta kepada seluruh pelaku industri di Indonesia untuk mengaplikasikan teknologi dalam mengembangkan bisnisnya. Salah satu yang hal yang wajib dilakukan adalah menerapkan sistem online.
Tak hanya perusahaan skala besar, perusahaan UMKM pun, Jokowi menegaskan harus berbasis online, salah satunya pengusaha warung makanan.
"Usaha Warteg, warung-warung agar bisa masuk dari offline ke online, karena sudah tidak bisa dibendung lagi perubahan yang terjadi saat ini," kata Jokowi di Jakarta Convenstion Centre (JCC), Jakarta, Rabu (20/9/2017).
Advertisement
Baca Juga
Saat ini, sudah ada warteg yang menerapkan sistem online ini. Alhasil dengan cara itu, kini warteg tersebut sudah berkembang pesat dengan memiliki cabang lebih dari 150 warung.
Tak hanya dalam hal pemesanan yang harus bisa dilakukan secara online, warteg juga harus mengaplikasikan sistem pembayaran secara online.
Jokowi mencontohkan, saat ini dirinya sering menggunakan aplikasi untuk memesan makanan ketika ada di Istana Kepresidenan.
"Saya cerita, saya pesen gado-gado tidak usah jauh-jauh sudah dateng gado-gadonya, saya minta Go-Food, 30 menit dateng. Beli sate tidak usah datang ke warung sate, 30 menit sampai, saya kalau di istana pengen nasi padang, klik, klik, klik, 30 menit nasi padangnya nongol," cerita Jokowi. (Yas)
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
RI Bakal Jadi Negara Ekonomi Digital Terbesar di ASEAN
Indonesia diprediksi akan menjadi negara ekonomi digital terbesar di kawasan ASEAN. Hal tersebut diharapkan mampu mendorong sektor industri dalam negeri agar lebih berdaya saing.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyatakan, pemanfaatan teknologi digital dapat mendorong industri nasional lebih berdaya saing di kancah global dengan menghasilkan produk yang berkualitas, aman dan sesuai standar. Apalagi, dalam era Industry 4.0 yang fokus menerapkan penggunaan internet sebagai penopang utama pada proses produksi.
“Pemerintah memproyeksikan Indonesia akan menjadi negara ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada 2020 dengan menargetkan 1.000 technopreneur, valuasi bisnis mencapai US$ 100 miliar, dan total nilai e-commerce sebesar US$ 130 miliar,” ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat 15 September 2017.
Dia mengungkapkan, pertumbuhan e-commerce juga bergantung pada penetrasi e-payment dan infrastruktur. “Platform pembayaran yang terkait dengan retailer seperti Alipay, Gopay, dan Paypal mendorong adopsi penggunaan pembayaran digital,” lanjut dia.
Untuk itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tidak hanya mengajak kepada pelaku usaha skala besar, tetapi juga industri kecil dan menengah (IKM) agar menangkap peluang dalam pengembangan digital seperti kemajuan tenologi artificial intelligent, robotic, dan 3D printing. Sejumlah manufaktur besar telah siap memasuki era Industry 4.0, di antaranya industri semen, petrokimia, otomotif, serta makanan dan minuman.
Advertisement