2018, Transaksi e-Commerce Indonesia Akan Capai Rp 144 Triliun

Dengan pertumbuhan pengguna internet, Bank Indonesia memperkirakan ada 24,7 juta orang yang berbelanja online.

oleh Muhammad Sufyan Abdurrahman diperbarui 14 Agu 2017, 11:30 WIB
Diterbitkan 14 Agu 2017, 11:30 WIB
Ilustrasi belanja online
Saat belanja online kerap kita tidak sadar bahwa data pada ponsel bisa saja dicuri

Liputan6.com, Bandung - Potensi ekonomi digital lewat bisnis e-Commerce berpeluang untuk berkembang di Indonesia, khususnya di Jawa Barat. Dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta jiwa, Indonesia dituntut untuk menjadi pelaku bisnis ekonomi digital di kancah dunia.

Apalagi, data e-Marketer menyebutkan jumlah pengguna internet di Indonesia setiap tahun terus bertambah. Pada 2013, jumlah pengguna internet tercatat 72,8 juta, yang kemudian naik menjadi 102,8 juta di 2016. Di 2017, pengguna internet Indonesia diprediksi mencapai 112,6 juta.

Masih mengutip e-Marketer, Wakil Gubernur Jawa Barat, Deddy Mizwar mengungkapkan bahwa Indonesia menempati urutan ke-6 pengguna internet terbanyak dunia. Bahkan Indonesia diproyeksikan menyalip Jepang ke peringkat lima tahun ini.

"Dengan pertumbuhan pengguna internet, Bank Indonesia memperkirakan ada 24,7 juta orang yang berbelanja online. Nilai transaksi e-Commerce diprediksi mencapai Rp 144 triliun pada 2018, naik dari Rp 69,8 triliun di 2016 dan Rp 25 triliun di 2014," ujar Deddy ditemui Tekno Liputan6.com usai membuka Cooperative Fair ke-14 di Metro Indah Mal, Bandung, akhir pekan lalu.

Selain itu, lanjut Deddy, nilai investasi teknologi di sektor e-Commerce dan teknologi finansial mencapai Rp 22,6 triliun. Hal tersebut memberikan gambaran bahwa aktivitas ekonomi digital berpeluang besar terus berkembang.

"e-Commerce tak saja menawarkan kemudahan, tetapi juga efisiensi waktu, tenaga, dan biaya. Saya mendorong pelaku usaha koperasi dan UMKM di Indonesia khususnya di Jawa Barat untuk sadar dan melek teknologi agar mampu bersaing dengan negara lain" katanya.

Menurutnya, Indonesia harus menjadi basis produksi di kawasan Asia Tenggara. Koperasi usaha mikro kecil dan menengah (KUMKM) harus terlibat di dalamnya. Apalagi, saat ini terdapat 8,7 juta UMKM di tanah air.

"Itu merupakan potensi yang cukup besar untuk menjadikan negara kita sebagai global player," pungkasnya.

(Msu/Cas)

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya