Liputan6.com, Jakarta - Tagihan listrik sering membuat ibu rumah tangga mengalami sport jantung setiap bulan. Dag dig dug, takut kalau-kalau tagihan listrik bulan ini membengkak tiba-tiba. Kalau sudah begitu, alamat kualitas menu anak-anak terpaksa diturunkan.
Kalau mau jujur, besarnya tagihan listrik rumah tangga sebenarnya bukan hanya disebabkan tarif dasar listrik (TDL) yang memang hampir tidak pernah turun dari waktu ke waktu.
Advertisement
Di luar itu, kita juga harus menyadari adanya berbagai perilaku salah yang mengakibatkan pemborosan listrik. Oleh karena itu, yang harus dilakukan pertama dalam setiap rumah tangga adalah hemat listrik.
Advertisement
Baca Juga
Upaya penghematan yang efektif sebenarnya dapat dimulai dengan melakukan hal-hal sepele di rumah. Banyak orang tidak sadar selama ini telah menggunakan berbagai barang elektronik dengan tidak semestinya. Karena itu, ada baiknya kita juga meneliti lagi apa yang salah dengan pemakaian listrik di rumah.
Misalnya kebiasaan buruk tidak mencabut kabel charge ponsel dari saklar padahal sudah tidak digunakan. Atau lampu yang sering lupa dimatikan. Atau kabel penghangat rice cooker yang selalu tercolok puluhan jam setiap harinya.
Ketimbang hanya menggerutu, bukankah lebih baik memperbaiki pola pemakaian listrik kita? Yuk, simak beberapa trik dan perhitungan penggunaan listrik dari Danaxtra.com berikut ini:
1. Kontrol Lampu bisa Hemat Listrik sampai 60 persen
Pemakaian lampu penerangan merupakan salah satu pemborosan yang cukup besar dalam skala rumah tangga. Orang seringkali mengabaikan pemakaian lampu karena merasa wattnya tidak terlalu besar. Padahal jika pemborosan itu dilakukan berkepanjangan, akumulasinya juga akan besar.
Mari lakukan perhitungan ini:
Untuk menghitung biaya (TDL), pertama-tama yang harus Anda hitung adalah energy yang kita gunakan, dalam satuan kWh (kilowatt hour).
Rumus kWh = daya alat listrik X lama pemakaian (jam). Maka total pemakaian listrik untuk seluruh rumah tinggal Anda akumulasikan pengalian watt listrik dengan jam pakai lalu dijumlahkan setiap unitnya.
Katakanlah dalam sehari kita menyalakan 20 buah lampu di rumah selama 10 jam. Jika rata-rata lampu tersebut sebesar 20 watt saja, maka kWh yang kita pakai dalam sehari adalah sebesar = 20 watt x 20 pcs X10 jam/1.000* = 4 kWh sehari (*dibagi 1.000 karena satuannya dalam kilowatt).
Bagaimana biayanya?
Tarif dasar listrik non-subsidi sampai bulan kemarin adalah Rp 1.467,28 per kWh. Dengan TDL tersebut, maka biaya lampu dalam sebulan: 4 kWh X Rp 1.467,28 X 30 = Rp 176.040. Banyak bukan? Setelah tahu cara menghitung mari kita coba lakukan penghematan dengan beberapa cara:
a. Mengganti lampu pijar TL dengan LED
Lampu LED biasanya memiliki tingkat keterangan lampu tertentu. Seorang ahli listrik memberikan formula setiap m2 ruangan dibutuhkan penerangan LED sebesar 1 watt. Jadi untuk sebuah ruang tidur ukuran 3X3 = 9 m2, berarti kebutuhan listriknya sekitar 9-10 watt. Itu sudah cukup terang.
Untuk dapur bisa dipakai lampu 5 watt, kamar mandi 3 watt, ruang tamu 2X10 watt, lampu teras 5 watt. Oya, sang ahli listrik itu merekomendasikan Anda untuk memilih merek lampu LED yang kredibilitasnya cukup bagus, ketimbang membeli barang murah namun daya tahannya hanya sebentar.
b. Menggunakan lampu dobel
Selain lampu 10 watt yang sudah ada, sediakan juga lampu 1-3 watt untuk penerangan kamar yang bisa Anda pasang saat tidur. Begitu juga untuk ruang tamu. Untuk keperluan ini, tentu saja Anda harus membuat saklar baru atau membeli saklar tarik.
c. Sebisa mungkin coba matikan setidaknya 2 lampu yang tidak perlu pada pukul 17.00-20.00
Selain itu jangan biarkan lampu menyala pada siang hari dan maksimalkan sinar matahari sebagai penernagan utama. Boleh percaya boleh tidak, dengan cara hemat seperti di atas, biaya lampu yang tadinya mencapai Rp 176 ribu, bisa dipangkas pada kisaran Rp 60 ribu-Rp 70 ribu. Ini tidak main-main. Coba hitung, penghematannya bisa lebih dari 60 persen!
2. Melepas Colokan Rice Cooker, Hemat Listrik Rp34 ribu per Bulan
2. Melepas Colokan Rice Cooker, Hemat Listrik Rp34 ribu per Bulan
Sadarkah Anda, salah satu sebab pemborosan lilstik adalah penggunaan rice cooker atau penanak nasi secara terus-menerus? Mungkin Anda beralasan ingin nasi selalu tersedia dalam keadaan hangat. Namun coba kita lakukan perhitungan ini:
Bila dalam sehari rice cooker memanaskan nasi selama 10 jam, dan itu terjadi sepanjang hari selama sebulan, maka pemakaian listriknya adalah :77 W x 10 jam/hari x 30 hari/bulan = 23,1 kWh per bulan. Ini artinya, untuk penggunaan rice cooker Anda butuh biaya sekitar Rp 34 ribu.
Coba andaikata penghangat nasi itu tidak Anda colokkan terus menerus, sejumlah itulah yang bisa Anda hemat. Pendekatan ini merupakan perhitungan ala Kepala Divisi Niaga PLN, Benny Marbun yang dimuat dalam catatan pribadinya.
Dalam suatu kesempatan, ia melakukan penelitian sederhana ke sebuah rumah yang memiliki daya listrik 1.300 VA. Rumah tersebut menggunakan peralatan listrik, antara lain televisi tabung 2 buah, rice cooker 350 W/77 W, refrigerator 150 W, kulkas 150 W, setrika 300 W, dispenser 350 W, pompa air 150 W, lampu 4 buah masing-masing 12 W serta kipas angin.
Untuk pemakaian rice cooker, Benny menyarankan konsumen memakai termos nasi saja. Bila ingin mengonsumsi nasi hangat, kukus dulu sebentar menjelang waktu makan. Bayangkan saja, hanya untuk sedikit kerepotan tersebut Anda bisa menghemat puluhan ribu rupiah.
Itu baru satu item. Belum item lain seperti dispenser. Seperti halnya rice cooker, pemakaian dispenser yang selalu menyala juga menyedot banyak pemakaian listrik. Maklum saja pemanasan air berlangsung terus-menerus.
Benny menyarankan, dispenser baru dinyalakan jika kita benar-benar membutuhkan air panas. Anda hanya butuh waktu 3-5 menit untuk memanaskan air sampai suhu sekitar 90 derajat, lho!
3. AC Paling Sulit Hemat Listrik
Fakta ini juga harus Anda perhatikan ; pendingin ruangan atau AC adalah penyumbang pemborosan listrik terbesar dibandingkan peralatan elektronik lainnya! Hitung saja. Daya untuk AC 1 PK bisa mencapai 700 watt. Jadi untuk keperluan menghidupkan AC dibutuhkan biaya kira-kira = 700 W x 10 jam/hari x 30 hari /1.000 x Rp 1.467,28 =Rp 308.129 ribu.
Bagaimana kalau dalam satu rumah Anda menggunakan 2 atau 3 AC? Bisa-bisa Rp 1 juta hanya Anda alokasikan untuk mendinginkan suhu rumah. Menurut perhitungan, untuk setiap penurunan suhu sebesar 1 derajat Celsius, dibutuhkan tambahan daya sebanyak 6 persen. Oleh karena itu penghematan dapat dilakukan dengan memasang suhu ideal 24-25 derajat Celsius. Suhu ideal ini dapat optimal dirasakan jika ruangan tertutup rapat.
AC juga tidak lagi boros energi jika filter dan coil AC rutin dibersihkan. Saat memilih pendingin ruangan, sebaiknya Anda pilih AC hemat energi yang dapat mengatur suhu secara otomatis. Jadi suhu akan ter-setting secara otomatis sesuai dengan kondisi ruangan. Yakni sesuai dengan luas ruangan dan jumlah orang yang ada.
Agar lebih hemat energi, ahli listrik kita menyarankan penggunaan AC tipe Freon R32. Kendati harganya sedikit lebih mahal, menurutnya AC ini lebih hemat energi. Pilih AC yang PK-nya tidak terlalu besar. Biasanya AC ½ PK mengonsumsi listrik sebesar 350 watt, ¾ PK sebesar 500 watt, dan 1 PK sebesar 700 watt.
Cara sederhana untuk menghitung kebutuhan PK, menurut sang ahli listrik, adalah dengan ratio m2. Untuk ruangan seukuran 3X3 m2, menurutnya cukup menggunakan AC ½ PK saja. Selain itu, jangan lupa untuk selalu mematikan AC saat meninggalkan ruangan tersebut. Jangan sampai kantong jebol karena kelalaian Anda.
Advertisement
4. Kulkas Lama Boros Listrik 75 Persen
Sebagai mesin pendingin, daya listrik kulkas sebenarnya tidak terlalu besar. Namun pemilihan kulkas yang salah bisa menyebabkan daya listrik di rumah kita tidak cukup untuk mensuplai energi bagi kulkas. Kulkas 1 pintu biasanya butuh daya listrik 50 sampai 80 watt. Sedangkan yang 2 pintu daya listriknya 100-120 watt.
Semakin besar kapasitas atau volume kulkas, sudah tentu daya listrik yang diperlukan juga semakin besar.
Karena itu pastikan Anda mempertimbangkan daya listrik yang diperlukan. Jangan hanya memperhatikan desain dan besar kecilnya kulkas.
Pemborosan energi juga terjadi jika Anda salah dalam penggunaan kulkas. Tahukah Anda, 7 persen energi terbuang percuma jika kulkas terlalu sering atau terlalu lama dibuka.
Lemari es tua yang berusia di atas 10 tahun juga semakin boros energi. Kebutuhan dayanya 75 persen lebih banyak ketimbang saat masih baru.
5. Pompa Air Otomatis Boros Listrik
Apakah pompa air di rumah Anda juga dipasangi saklar otomatis sehingga Anda tidak perlu repot-repot mematikan dan menghidupkan listrik secara manual?
Memang sangat praktis dan memudahkan. Tapi tahukah Anda, justru sistem inilah yang membuat penggunaan listrik menjadi tidak efisien.
Perlu Anda pahami, dalam sistem ini meski aliran air sudah dihentikan dengan menutup krannya, mesin masih terus menyala. Aliran listrik baru akan terputus (mesin off) setelah mencapai tekanan tertentu.
Di sinilah penggunaan energi listrik menjadi sangat tidak efisien karena untuk mencapai level tekanan tersebut, mesin akan menyedot daya listrik yang sangat besar. Jadi bayangkanlah jika dalam sehari ada beberapa anggota keluarga yang sering membuka tutup kran.
Sudah tentu banyak listrik yang terbuang percuma. Solusi atas problem ini adalah dengan memasang tandon atau profil tank yang dipasangi saklar pelampung (radar). Tandon air memungkinkan pompa tidak terlalu sering hidup dan mati karena saklar pelampung dapat diatur sesuai kebutuhak air dan stok air yang akan disimpan.
Bila Anda sudah memiliki tandon air, komponen otomatis bisa Anda non aktifkan. Dengan cara ini pompa menjadi lebih hemat listrik karena ia hanya akan menyala saat periode tertentu.
6. LCD Hemat 50 persen daripada TV Tabung
Apakah TV di rumah Anda masih menggunakan tabung? Jika iya, sebaiknya Anda pertimbangkan untuk mempensiunkannya. Ganti dengan TV LED yang jauh lebih hemat listrik atau LCD.
Dibandingkan TV tabung, LED TV mampu menghemat daya hingga 50 persen karena penggunaan pencahayaannya juga lebih sedikit dalam mengonsumsi daya listrik.
Dibandingkan LED, ia juga lebih hemat 20 persen-30 persen. Hanya saja harga LED memang sedikit lebih mahal dibandingkan LCD.
7. Laptop Hemat Listrik Berlipat-lipat Dibandingkan PC
Jika Anda masih menggunakan CPU lama, sebaiknya segera ganti dengan komputer jinjing alias laptop. Sekadar gambaran, penggunaan CPU Komputer bisa menyedot daya listrik hingga 400 watt. Sementara laptop hanya butuh daya 25 watt.
Toh sekarang banyak merek laptop yang dijual dengan harga ekonomis. Anda bisa mempertimbangkan merek yang memiliki fitur pemutus arus charging otomatis. Sistem ini menjaga baterai laptop Anda tidak cepat rusak kendati kabelnya terkoneksi listrik terus-menerus selama beberapa jam.
Advertisement
10. Jangan Sampai TV “Menontoni” Kita yang Tidur
Di luar itu, Anda juga harus membiasakan untuk berperilaku hemat dalam pemakaian listrik. Seperti selalu mencabut kabel-kabel yang terpasang pada saklar setelah tidak digunakan.
Baik itu kabel pengisi daya gadget, laptop, setrika, blender, mesin cuci, penanak nasi, dan alat-alat elektronik lainnya. Biasakan untuk memastikan kabel terlepas dari saklar meskipun alat-alat elektronik dalam keadaan mati.
Listrik yang terbuang sia-sia harus tetap Anda bayar, bukan? Juga jangan biasakan membiarkan TV tetap menyala sewaktu tidur.
Sebelum tidur, Anda sebaiknya selalu mengingat-ingat untuk mematikan televisi, memadamkan lampu dan mencabut berbagai kabel elektronik. Akan lebih bagus jika Anda menggunakan listrik dengan sistem pulsa ketimbang paska bayar karena membuat pemakaian listrik lebih terkontrol.
Sistem ini secara otomatis akan memutus aliran listrik sesuai dengan nominal pulsa yang Anda beli. Anda dapat mengevaluasi, pemakaian barang elektronik apa saja yang dapat dipangkas guna menghemat pemakaian listrik. Intinya, guna menghemat pengeluaran dari biaya listrik yang terus membengkak tiap bulan, Anda harus membangun kebiasaan baik dan bijak dalam menggunakan alat-alat elektronik. Hemat listrik, sehat finansial.