Dolar AS Masih Tertekan Rencana Reformasi Pajak Trump

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.531 per dolar AS hingga 13.551 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 16 Nov 2017, 13:54 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2017, 13:54 WIB
Rupiah Menguat Tipis atas Dolar
Petugas bank menghitung uang dollar AS di Jakarta, Jumat (20/10). Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) masih belum beranjak dari level Rp 13.500-an per USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak stabil pada perdagangan Kamis ini. Dolar AS tertekan rencana reformasi perpajakan AS.

Mengutip Bloomberg, Kamis (16/11/2017), rupiah dibuka di angka 13.546 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.535 per dolar AS. Namun, pada siang hari, rupiah mampu menguat ke 13.531 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.531 per dolar AS hingga 13.551 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 0,55 persen.

Adapun berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.538 per dolar AS. Patokan pada hari ini menguat tipis jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.539 per dolar AS.

Dolar AS sebenarnya tertekan di kawasan Asia pada perdagangan hari ini. Pelaku pasar ragu akan prospek reformasi perpajakan AS. Selain itu, penurunan imbal hasil obligasi jangka panjang AS memperburuk kinerja dolar AS.

Dua anggota parlemen dari Partai Republik menarik suaranya dari rencana reformasi pajak AS sehingga membuat pelaku pasar sedikit ragu rencana tersebut bisa berjalan lancar.

"Saat ini semua mata tertuju kepada rencana reformasi tersebut. Sedikit sentimen akan memengaruhi gerak pasar," jelas analis senior Daiwa Securities Yukio Ishizuki.

Research Analyst FXTM Lukman Otunuga menambahkan, dolar AS merosot tajam pada perdagangan kemarin karena isu bahwa pemangkasan pajak korporat AS dapat tertunda menjadi bukti sensitivitas dolar AS terhadap ekspektasi proposal reformasi pajak AS.

Namun, pelemahan tersebut sedikit tertahan apabila inflasi konsumen dan penjualan ritel AS melampaui ekspektasi. "Peningkatan inflasi dan penjualan ritel dapat mengangkat optimisme terhadap ekonomi AS dan memperkuat dolar," jelas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Bertekuk lutut

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, nilai tukar eceran rupiah pada minggu keempat Oktober terhadap ‎minggu keempat September 2017 melemah dari tiga mata uang, yakni dolar Amerika Serikat (AS), yen Jepang, dan euro. Rupiah hanya menguat dengan dolar Australia.

Kepala BPS Suhariyanto atau yang akrab disapa Kecuk mengungkapkan, berdasarkan data dari tempat-tempat penukaran uang di seluruh ‎Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah 1.27 persen atau 170,15 poin menjadi Rp 13.523,07 pada minggu keempat Oktober ini dari sebelumnya Rp 13.352,92 pada minggu keempat September.

"Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tertinggi di Papua ‎sebesar Rp 13.393, dan Kalimantan Utara Rp 13.594 per dolar AS," ujarnya saat Rilis Neraca Perdagangan di kantornya, Jakarta, Rabu (15/11/2017).

Kecuk menambahkan, nilai mata uang Garuda terhadap yen Jepang pun terdepresiasi 0,05 persen atau 0,06 poin ke level Rp 118,91 pada minggu keempat Oktober ini dibanding September pekan keempat yang sebesar Rp 118,85 per yen.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya