Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi Desember 2017 sebesar 0,71 persen. Adapun untuk inflasi tahun kalender atau dari Januari hingga Desember sebesar 3,61 persen.
"Angka inflasi ini bagus karena berada jauh dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di 4,3 persen," ujar Kepala BPS Suhariyanto di Kantor BPS, Jakarta, Selasa (2/1/2018).
Advertisement
Baca Juga
Suhariyanto melanjutkan, pada Desember ini, dari 82 kota yang masuk dalam perhitungan, seluruhnya mengalami inflasi. Inflasi tertinggi dialami oleh Jayapura dengan angka 2,28 persen. Sedangkan untuk angka terendah adalah Sorong dengan inflasi di 0,18 persen.
Inflasi di Jayapura cukup tinggi karena adanya kenaikan tarif angkutan udara. "Secara umum memang di 2017 memang menunjukkan adanya kenaikan," ucap Suhariyanto.Â
Inflasi tahunan pada 2017 ini di atas 2016 yang tercatat 3,02 persen dan 2015 yang ada di angka 3,35 persen. Namun berada di bawah 2014 yang tercatat 8,36 persen dan 2013 yang ada di angka 8,38 persen.
Komoditas yang mendorong kenaikan angka inflasi di 2017 adalah tarif listrik yang memiliki andil 0,81 persen dan disusul biaya perpanjangan STNK yang mencapai 0,24 persen. Selain itu, ikan segar juga mendorong kenaikan inflasi dengan andil 0,20 persen.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Prediksi Ekonom
Pengamat ekonomi dari Institute of Development for Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira memperkirakan inflasi di Desember 2017 sebesar 0,65 persen. Sementara inflasi sepanjang 2017 diprediksi 3,52 persen.‎
Dia mengungkapkan, faktor yang mempengaruhi tingginya inflasi di Desember 2017 adalah faktor musiman, yaitu naiknya permintaan libur panjang Natal dan tahun baru.
Selain itu, faktor hujan yang terus-menerus membuat harga beberapa kebutuhan pokok, seperti beras, naik 2,18 persen, telur ayam naik 15,4 persen, dan cabai rawit naik 35,6 persen.
"Ini berdasarkan data Pusat Harga Pangan Nasional. Akibatnya, inflasi pangan atau volatile food lebih tinggi dari bulan sebelumnya," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Selasa (2/1/2018).
Menurut dia, kenaikan inflasi juga disumbang biaya transportasi yang naik karena tingginya permintaan saat libur Natal, baik transportasi darat maupun udara.
"Dari sisi inflasi harga yang diatur pemerintah atau administered price, terdapat tekanan akibat naiknya harga BBM nonsubsidi serta kelangkaan LPG 3 kg di beberapa daerah," kata dia. ‎
Sementara secara kumulatif, inflasi sepanjang 2017 diprediksi sebesar 3,52 persen. Angka ini lebih tinggi dari inflasi di 2016.
"Untuk inflasi di 2017 atau full year diperkirakan sebesar 3,52 persen (yoy), lebih tinggi dari inflasi 2016, yakni 3,02 persen," ucap dia.
Advertisement