Jokowi Minta Menterinya Fokus Turunkan Angka Kemiskinan di 2018

Dalam bidang ekonomi dan investasi, Indonesia telah mendapatkan berbagai perbaikan peringkat dari lembaga rating internasional.

oleh Septian Deny diperbarui 03 Jan 2018, 15:50 WIB
Diterbitkan 03 Jan 2018, 15:50 WIB
Jokowi
Presiden Jokowi melihat jadwal kereta bandara saat menghadiri peresmian Stasiun Bandara Soekarno-Hatta (2/1). (Liputan6.com/Pool/Biro Pers Kepresidenan)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta para menterinya untuk fokus bekerja pada 2018, meskipun tahun ini merupakan tahun politik. Sejumlah program pemerintah juga telah ditetapkan agar menjadi fokus pada 2018.

"Untuk tahun ini, walaupun 2018 adalah tahun politik, sekali lagi saya minta tetap fokus bekerja. Terutama untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mengatasi ketimpangan, menurunkan angka kemiskinan," ujar dia di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (3/1/2018).

Menurut dia, pada bidang ekonomi dan investasi, Indonesia telah mendapatkan berbagai perbaikan peringkat dari lembaga rating internasional. Hal ini harusnya bisa menjadi modal bagi Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan menyejahterakan masyarakat.‎

"Kepercayaan dunia internasional kepada kita juga semakin tinggi karena melihat apa yang sudah kita kerjakan, baik reformasi di perizinan, deregulasi, maupun perbaikan dalam kemudahan berusaha. Data terakhir Fitch rating mengumumkan kenaikan peringkat dari sebelumnya BBB- menjadi BBB dengan outlook stabil," kata dia.

Pada tahun ini, Jokowi berharap para menterinya bisa fokus bekerja untuk meningkatkan ketahanan ekonomi dalam negeri agar kuat terhadap guncangan ekonomi global.

"Faktor utama yang memicunya adalah upaya Indonesia untuk terus meningkatkan ketahanan ekonominya terhadap guncangan, terutama guncangan eksternal dan secara konsisten kita bisa terus menjaga stabilitas itu.‎ Dan apa yang sudah kita kerjakan pada tahun lalu harus kita perbaiki terus pada 2018 ini," tandas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Jumlah Penduduk Miskin Turun 1,19 Juta Orang

20170105-Kemiskinan-AY1
Kondisi kesemrawutan di pemukiman kawasan Tanah Abang, Jakarta, Kamis (5/1). Badan Pusat Statistik (BPS) melansir jumlah penduduk miskin hingga September tahun lalu turun menjadi 27,76 juta orang dibandingkan Maret 2016. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, jumlah penduduk miskin pada September 2017 sebesar 26,58 juta orang. Angka ini menurun 1,19 juta orang dibandingkan Maret 2017 yang sebesar 27,77 juta orang.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, secara persentase, penduduk miskin pada September 2017 sebesar 10,12 persen, menurun 0,52 persen dibandingkan Maret 2017 yang sebesar 10,64 persen.

"Pada September ini pencapaian yang paling bagus, di mana penurunanya paling cepat," ujar dia di Kantor BPS, Jakarta, Selasa (2/1/2018).

Dia mengungkapkan, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2017 sebesar 7,72 persen, turun menjadi 7,26 persen pada September 2017. Adapun persentase penduduk miskin di daerah pedesaan pada Maret 2017 sebesar 13,93 persen, turun menjadi 13,47 persen di September 2017.

Sementara itu, secara jumlah, BPS mencatat pada periode Maret-September 2017 jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun sebanyak 401 ribu orang, yaitu dari 10,67 juta orang pada Maret 2017 menjadi 10,27 juta orang pada September 2017.

Di pedesaan, jumlah penduduk miskin turun 786 ribu orang dari 17,10 juta orang pada Maret 2017 menjadi 16,31 juta orang pada September 2017.

‎"Jadi persoalan kemiskinan di desa jauh lebih critical dibandingkan kota," kata dia.

Suhariyanto menyatakan, faktor-faktor yang terkait dengan tingkat kemiskinan di Indonesia pada periode Maret-September 2017 antara lain inflasi pada periode tersebut sebesar 1,45 persen. ‎Kemudian, upah nominal buruh tani naik 1,5 persen, upah riil buruh tani naik 1,05 persen, upah nominal buruh bangunan naik 0,78 persen, dan upah riil buruh bangunan turun 0,66 persen.

"Ketika inflasi bergerak liar dan kebutuhan masyarakat digerakkan oleh komoditas pokok. Kemudian upah buruh tani dan bangunan baik nominal maupun riil mengalami peningkatan. Ini berdampak ke buruh miskin," ujar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya